oleh

Direct Call ke Jepang, Eksportir Bisa Hemat Biaya Logistik 50%

Manado-Pengusaha perikanan dengan orientasi ekspor di Sulawesi Utara maupun Indonesia Tengah dan Timur, mendapat keuntungan yang sangat besar dengan dibukanya Direct Call Export atau penerbangan langsung ekspor dari Manado ke Jepang sejak Rabu (23/09) kemarin. Biaya logistik bisa dihemat antara 35-50% yang tentunya sangat menguntungkan eksportir.

Sebelum adanya direct call, komoditas perikanan Sulut yang diekspor ke Jepang harus melalui bandara Soekarno Hatta di Banten ataupun Ngurah Rai Bali. Hal ini membuat biaya logistik menjadi sangat tinggi. Sebab waktu tempuh yang dibutuhkan mencapai 24-30 jam, sudah termasuk waktu tunggu. Padahal jarak tempuh dari Bandara Sam Ratulang Manado ke bandara Narita Tokyo hanya 5-5 hingga 6 jam.

“Sekarang produk perikanan Sulut sudah bisa diekspor langsung ke Jepang. Direct call ini juga bisa menjadi triger pertumbuhan ekonomi di Sulawesi Utara, sebab akan meningkatkan ekspor dan tentunya juga meningkatkan devisa. Penerimaan pajak pun akan semakin meningkat. Dan pada akhirnya, perekonomian menjadi lebih bagus,” kata Dirjen Bea dan Cukai, Heru Pambudi melalui tele conference pada launching Direct Call Export ke Jepang, Rabu (23/09) malam lalu.

Jepang memang menjadi negara tujuan ekspor perikanan Sulut terbesar. Selama ini, 80 persen komoditas perikanan Sulut diekspor ke Jepang. Dibukanya direct call ini tentu akan lebih menggairahkan sektor perikanan di Sulawesi Utara dan sekitarnya. Kendala-kendala yang ditemui sebelumnya saat harus melakukan ekspor melalui bandara Soekarno Hatta maupun Ngurah Rai bisa dihindari.

“Jika melalui Soekarno Hatta dan Ngurah Rai, waktu tempuh yang dibutuhkan mencapai 24 hingga 30 jam. Waktu tempuh yang lama tersebut membuat kualitas produk menurun. Belum lagi pembatalan ekspor karena tidak mendapatkan slot kargo dari maskapai. Namun dengan adanya direct call, waktu tempuh hanya 5,5 hingga 6 jam, biaya logistik menurun, kualitas barang terjaga dan adanya kepastian slot kargo,” kata Kepala Kanwil Dirjen Bea Cukai Sulawesi Bagian Utara, Cerah Bangun.

Pada edisi perdana Direct Call Rabu malam lalu, jumlah komoditas perikanan yang diangkut sebanyak 10,350 ton yang berasal dari Sulawesi Utara 5,661 ton, Gorontalo 413 kg dan Maluku Utara 4,152 ton. Jumlah tersebut berada dalam rentang kouta kargo di Manado, yakni minimal 5 ton dan maksimal 15 ton.

Gubernur Sulut, Olly Dondokambey (tengah), bersama CEO Garuda Indonesia Regional Kalimantan Sulawesi Maluku Papua, Aryo Wijoseno (kiri), Kakanwil DJBC Sulbagtara, Cerah Bangun, Widodo Sumiyanto dari BKIPM dan Kadis Kelautan dan Perikanan Sulut, Tineke Adam.

Dibukanya Direct Call Export ke Jepang ini merupakan upaya dari stakeholder terkait, yakni DJBC Sulbagtara, BKIPM Manado, Pemprov Sulut, Komandan Lanud Sam Ratulangi, para eksportir, Angkasa Pura, Otoritas Bandara dan Garuda Indonesia. Sebelum ini, telah dilakukan serangkaian pertemuan baik formal maupun nonformal antara Gubernur Sulawesi Utara, Olly Dondokambey, SE dengan pimpinan Garuda Indonesia. “Kita bersyukur karena saat ini mimpi kita untuk menjadikan Sulut sebagai hub penerbangan ke Asia Pasifik sudah terealisasi melalui penerbangan kargo ini. Sebab memang posisi Sulut yang berada di bibir pasifik sangat strategis,” kata Olly.

“Terima kasih kepada semua stakeholder terkait yang sudah mewujudkan rencana ini. Semoga bisa membawa manfaat bagi masyarkat,” katanya.

Pesawat yang digunakan pada penerbangan kargo ini adalah Garuda Indonesia Airbus 330-200. Jadwal penerbangan ini dari Jakarta berangkat jam 17.00 WIB, tiba di Manada jam 21.30 WITA, kemudian berangkat ke Tokyo 23.40 WITA dan tiba jam 06.30 waktu setempat.(jma)

Komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *