oleh

Di Modoinding, Alsistan Milik Pemerintah Disewakan Rp 1,2 Juta

Barometer.co.id-Modoinding.Penggunaan alat mesin pertanian (Alsistan) kembali mendapat keluhan. Setelah Bupati Franky Donny Wongkar mendapatkan disewakan namun tak masuk kas daerah, kini didapati harga sewa yang fantastis.

Seperti penuturan Ventje Komaling petani asal Pinasungkulan Kecamatan Modoinding Kabupaten Minahasa Selatan. Alsistan milik pemerintah dikuasai secara pribadi dan komersilkan dengan harga tinggi. Harga sewa sama dengan Alsistan milik pribadi. Untuk satu tektek yang dapat dikerjakan selama dua jam, petani diharuskan membayar Rp 1, 2 juta.

Selain itu dirinya juga menduga ada oknum yang memonopoli Alsintan tersebut artinya digunakan secara pribadi dan dikomersialkan (sewa-menyewa), dengan tarif yang cukup tinggi. Harga sewa sama dengan Alsistan milik pribadi. Untuk satu tektek yang dapat dikerjakan selama dua jam, petani diharuskan membayar Rp 1, 2 juta.
“Harga sewa alat dan termasuk ongkos operator dan BBM nya dengan luas tanah ukuran 1 (satu) tektek atau ukuran 146m x 24m di atas Rp 1 juta rupiah, tergantung kondisi lahan. Untuk lahan seluas itu hanya memakan waktu kurang lebih  hanya 2 jam saja. Biasa saya bayar itu Rp 1,2 juta. Padahal itu Alsistan milik pemerintah bukan pribadi,”urai komaling.

Dia berharap,  agar ada penataan ulang itu Alsintan milik pemerintah. Ini penting agar pemerintah tidak dirugikan dan petani terbantu. Tidak seperti sekarang banyak Alsistan yang rusak sedangkan petani malah menjerit karena biaya sewa mahal.

“Kita bayangkan saja dua jam pengolahan lahan tarif di atas Rp 1 juta. Berapa banyak hasil sewa Alsintan kalau kita lihat saja sendiri luas lahan yang ada disini bukan hanya beberapa hektar saja tapi bisa puluhan hingga rarusan hektar. Pertanyaannya dikemanakan sisa uang hasil tersebut. Jadi perlu penataan lagi sehingga petani dapat benar-benar terbantu”tegas Komaling.

Komaling juga menduga ada Alsistan yang sudah diperjual belikan. Dugaan ini didasari ada Alsistan milik pemerintah yang beroperasi di desanya berasal dari kecamatan lain. Oknum yang menguasainya juga memasang tarif tinggi bila ada petani lain bila ingin memanfatkan jasanya.

“Saya lihat Alsintan milik pemerintah yang ada disini hasil jual beli dari kecamatan lain. Mungkin karena lahan disini luas, sehingga dapat mengeruk keuntungan besar. Maka dari itu tolong diperiksa, apa benar sudah diperjualbelikan. Karena memang alat tersebut dikuasai secara pribadi, bukan diperuntukkan bagi kelompok,” pintanya.(jim)

Komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *