oleh

Sistem Resi Gudang Masih Terkendala Pengelola dan Pembiayaan

Barometer.co.id-Manado. Penerapan Sistem Resi Gudang (SRG) hingga saat ini belum berjalan seperti yang diharapkan. Ada sejumlah kendala yang dihadapi Pemerintah Daerah dalam menerapkan SRG ini, antara lain tidak adanya pengelola yang profesional serta dari segi pembiayaan.

Hal ini terungkap pada Rapat Koordinasi (Rakor) antara Wakil Menteri Perdagangan (Wamendag) RI, Jerry Sambuaga, Kepala Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi, Sidharta Utama dengan bupati di empat provinsi yang memiliki SRG, yaitu Sulawesi Utara, Gorontalo, Maluku dan Maluku Utara, di Swiss-belhotel, Manado, Kamis (15/04).

Beberapa bupati yang hadir maupun yang mewakili menyampaikan sejumlah kendala sehingga SRG belum berjalan. Seperti yang diungkapkan oleh Bupati Minahasa Selatan, Frangky Wongkar. “Ada tiga kendala yang kami hadapi dalam menerapkan SRG ini. Pertama dari segi pengelolaan yang tidak mandiri dan belum profesional, kedua infrastruktur jalan menuju gudang yang rusak dan ketiga banyak pihak yang belum mengenal SRG ini, termasuk perbankan,” ujar Wongkar.

Hal yang sama disampaikan perwakilan dari Kabupaten Bolaang Mongondow dan Halmahera Selatan. Intinya, kendala yang mereka hadapi adalah tidak adanya pengelola yang profesional serta kurangnya dukungan permodalan.

Sementara di Kabupaten Gorontalo, gudang tersebut digunakan, namun Sistem Resi Gudangnya tidak. Gudang tersebut hanya dipakai petani untuk menyimpan hasil pertaniannya. Sedangkan gudang di Minsel yang terletak di Desa Teep, menurut Wongkar sudah dibangun sejak tahun 2009, dan saat ini tidak digunan, kondisinya sudah rusak, dan bahkan ada mesin yang sudah hilang.

Wamendag Jerry Sambaga mengatakan, Sistem Resi Gudang ini sendiri dibangun oleh Kementerian Perdagangan untuk membantu petani menjual hasil pertaniannya dengan harga yang tinggi. Saat hasil penen berlimpah, harga pasti turun sehingga jika dipaksakan dijual, harganya rendah. Dengan adanya Gudang dengan SRG ini, petani dapat menitipkan hasil pertaniannya di sini dan nanti dijual saat stok di pasaran berkurang yang membuat hargnya naik. “Saat menitipkan hasil pertaniannya tersebut, petani maupun nelayan akan mendapatkan resi yang bisa diagunkan di bank. Jadi petani mendapatkan dua keuntungan sekaligus, pertama hasil pertaniannya disimpan di gudang dan baru dijual saat harga tinggi, dan kedua mereka mendapatkan dana untuk usaha,” jelas Sambuaga.

Terkait kendala yang dihadapi dalam pengelolaan gudang ini, ia mengatakan ada beberapa hal yang menjadi ranah atau kewenangan pemerintah daerah, seperti infrastrukur menuju ke gudang serta pengelolannya. “Kalau untuk infrastruktur jalan, saya kira itu menjadi kewenangan pemerintah daerah, dan kami tidak bisa membantu. Tetapi kalau untuk mencari pengelola yang profesional, kami bisa menyediakannya. Begitu juga dengan pendanaan. Saat ini kami sudah bekerjasama dengan BRI untuk mendanai SRG ini. Begitu juga dengan bank daerah maupun bank pemerintah lainnya,” jelas Sambuaga seraya menambahkan, hasil dari pertemuan ini akan ditindaklanjuti agar SRG nantinya benar-benar dapat dijalankan.

Sebelumnya, Gubernur Sulut, Olly Dondokambey dalam sambutan yang dibacakan Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Sulut, Edwin Kindangen mengatakan, SRG ini memang sangat baik dan dapat meningkatkan kesejahteraan petani. Sebab SRG ini dapat memfasilitasi petani, kelompok tani, gabungan kelompok tani dan koperasi untuk memperoleh pembiayaan dari bank pelaksana dengan jaminan Resi Gudang. Namun dua gudang yang sudah dibangun di Sulut, yakni di Desa Teep Kecamatan Tenga Kabupaten Minsel dan di desa Mogoyunggung, kecamatan Dumoga, Kabupaten Bolmong belum beroperasi.

“Untuk itu, diharapkan melalui Rakor ini akan mengoptimalkan SRG di Sulawesi Utara sekaligus semakin menyatukan langkah ke depan untuk memajukan daerah,” ujarnya. Pada pertemuan Rakor ini, hadir juga Ketua Umum Aprindo, Roy Mandey, Pimpinan WilayahBRI Manado, John Sarjono dan dari Bulog. Roy Mandey mengatakan, pihaknya siap menampung hasil pertanian petani dari SRG. Lebih dari itu, pihaknya juga bersedia untuk menjadi pengelola SRG. Sementara Sarjono mengatakan, ada 18 komoditas dari SRG ini yang dapat dibiayai. “Pembiayaan untuk komoditas tersebut tanpa biaya provisi dan dilayani di semua kantor BRI di wilayah yang jumlahnya 205 kantor,” katanya.(jm)

Komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *