oleh

Terungkap Lewat ‘Orang Pintar’, Kematian Rudi Tumiwa Bukan Bunuh Diri

Barometer.co.id -Amurang.Entah karena kesulitan mendapatkan keadilan atas kecurigaan kematian Rudi Tumiwa mantan Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Minsel yang dirasa tak wajar. Pihak keluarga menempuh jalur alternatif. Mereka menghubungi dan menempuh jalur budaya.

Oleh kakak korban Jimmy Tumiwa, dikatakan cara ini terpaksa ditempuh. Meski juga secara hukum hasil pencarian dengan menggunakan ‘orang pintar’ tidak dapat dijadikan bukti. Namun menurutnya paling tidak dapat dijadikan petunjuk.

Dikatakannya juga lewat jalur budaya terungkap ada penyebab lain dari kematian yang bertentangan dengan hasil otopsi. Pada pengungkapan dari ‘orang pintar’, kematian adiknya bukan lantaran bunuh diri.

“Dari yang disampaikan ‘orang pintar’ disampaikan bahwa sebelum meninggal, adik kami lebih dulu disiksa di dalam mobil. Bahkan terungkap tempat yang menjadi lokasi eksekusi. Petunjuk lokasinya ada dua pohon yang berdekatan,” beber Jimmy.

Atas petunjuk yang didapati, pihak keluarga mencoba mencari lokasi eksekusi. Sesuai petunjuk lokasinya terdapat dua pohon besar yang berdekatan. Masing-masing pohon kapuk dan katu.

“Saya dengan keluarga mencari itu lokasi yang dimaksud. Ternyata benar ada itu lokasi ada dua pohon yang berdekatan. Memang kami perhatikan lokasi itu seperti tempat untuk perteduhan sejenak bagi kendaraan roda dua maupun mobil karena disekitaran itu tumbuh rumput kering dan ada tanda bekas ban kendaraan,” terang Tumiwa.

Bukan hanya itu lewat budaya juga terungkap pelaku yang menghabisi nyawa korban berjumlah ada 5 orang. Diantaranya  empat laki-laki dan 1 adalah seorang wanita. “Meski ini belum dapat dijadikan bahan bukti, setidaknya menjadi petunjuk baru untuk mengungkap sebenar-benarnya. Petunjuk ini sudah disampaikan pada pihak Polres Minsel. Perlu juga diketahui sampai sekarang kami tidak percaya hasil otopsi,”paparnya.

Dia juga kembali mengangkat laporan yang ganjil, terutama kondisi jasad korban setelah ditemakan tergantung. “Adik kami dikatakan mata melotot dan lidah terjulur. Kami berani bersaksi itu sama sekali tidak benar. Belum lagi bukti- bukti lainnya. Kenapa ada perbedaan bukti di lapangan dengan hasil otopsi? Siapa yang berdusta atau mempermainkan hasil otopsi?,” paparnya.

Dia juga menyayangkan sejumlah bukti dikesampingkan. “Noda darah di jok mobil adik kami dikatakan hanya noda minuman bersoda. Seperti ada yang ditutup-tutupi. Semoga saja meski tidak dapat dijadikan bukti, hasil dari budaya boleh menjadi bahan penyelidikan. Sebab sampai kapanpun kami sebagai keluarga akan mencari keadilan,” pungkasnya.(jim)

Komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *