oleh

2021 Dianggarkan 223 Juta, RSUD Amurang Kekurangan Obat

Barometer.co.id – Amurang.
Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Amurang yang berada di Desa Teep Trans memiliki fasilitas alat kesehatan cukup mumpuni. Ditambah dokter spesialis juga dapat dikatakan cukup memadai dengan jumlah 13 orang. Sayangnya tahun ini tidak didukung dengan ketersediaan obat memadai.

Diketahui untuk tahun 2021 ini, RSUD Amurang mendapatkan anggaran hanya Rp 223 juta, masih jauh dari kebutuhan minumum. Tak pelak banyak pasien mengeluh dan terpaksa harus keluar uang menebus resep di apotek, meski peserta BPJS.

Kurangnya ketersediaan obat-obatan dibenarkan oleh Direktur RSUD Amurang dr Franky Tumbuan. Dia juga mengakui kekurangan obat-obatan karena anggaran tahun ini masih belum memadai. 

“Kalau ditanya standar minimum anggaran untuk ketersediaan obat sekitar Rp 700 juta. Itupun bila tidak terjadi lonjakan pasien. Sehingga tahun ini memang kita kesulitan, seringkali dimarahi pasien lantaran ketiadaan obat,” tutur Tumbuan yang didampingi Kepala KTU Ruland Manopo saat ditemui di ruang kerjanya.

Minimnya ketersediaan obat-obatan juga dikeluhkan oleh dokter. Sebabnya dari semisal empat resep yang diberikan maksimal hanya dua dapat diberikan RSUD. Kesulitan ini mengganggu maksimalisasi pelayanan kepada masyarakat.

Mirisnya lagi kekurangan obat di RSUD akan berlanjut pada tahun 2022. Bahkan lebih tragis lagi bila melihat dari rencana anggaran. Berdasarkan informasi yang diperoleh, dari rencana Rancangan APBD 2022 hanya menganggarkan Rp 200 juta atau justru turun dibandingkan tahun ini.

“Saat ini kami sedang berupaya untuk pengajuan kenaikan anggaran dari angka Rp 200 juta. Kami mengajukan tambahan hingga mencapai Rp 1 miliar untuk perbekalan farmasi. Anggaran sudah sesuai dengan pengajuan dari dokter dan berdasarkan prioritas penyakit yang ditangani,” papar Tumbuan.

Dia juga menceritakan tahun ini terpaksa hanya menyediakan 50 obat tetanus. “Dalam artian jumlah maksimal yang dapat ditangani untuk pasien semisal tertusuk paku atau sejenis lainnya hanya 50 orang. Selebihnya harus dirujuk ke rumah sakit lain. Jadi memang kami kesulitan menangani pasien dari segi obat,” terangnya.(jim)

Komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *