oleh

Direct Call Manado-Jepang Kembali Dibuka, Edisi ‘Perdana’ Angkut 13,3 Ton

Barometer.co.id-Manado. Direct call export dari bandara Sam Ratulangi Manado ke bandara Narita, Tokyo, Jepang kembali dibuka mulai Rabu (10/11). Pelepasan ekspor ‘perdana’ Rabu malam dilakukan oleh pejabat Kementerian Perdagangan RI dan Pemerintah Provinsi Sulut.

Penerbangan menggunakan pesawat Garuda Indonesia, dan pada penerbangan Rabu malam, jumlah komoditas yang diangkut sebanyak 13,3 ton yang terdiri dari komoditas perikanan serta pertanian. Komoditas tersebut berasal dari Sulawesi Utara dan Maluku.

Pelepasan direct export tadi malam dilakukan oleh Direktur Kerjasama Pengembangan Ekspor Direktorat Jenderal Pengembangan Ekspor Nasional (PEN) Kementerian Perdagangan RI, Marolop Nainggolan bersama Asisten II Pemprov Sulut, Praseno Hadi, Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan Sulut, Edwin Kindangen, GM Garuda Indonesia Manado, Vonny Pinontoan, GM PT. Angkasa Pura I Bandara Sam Ratulangi Manado, Minggu Gandeguai, Bea Cukai, Kepala Dinas Pertanian, Kepala Dinas Perkebunan serta sejumlah pejabat lainnya.

“Direct export ini merupakan komitmen dari pak gubernur dan wakil gubernur Sulut. Di mana kuota ekspor adalah 15 ton, dan jika komoditas yang diangkut kurang dari jumlah tersebut, maka Pemprov Sulut yang akan menanggung selisihnyanya,” kata Praseno Hadi.

Ia pun berharap, eksportir dari Sulut lebih giat lagi dalam menyediakan komoditas supaya kuota bisa terpenuhi sehingga setiap hari Rabu direct export ini dapat terlaksana. “Komitmen Pemprov Sulut adalah memperluas komoditas yang akan diekspor. Bukan hanya dari perikanan saja, melainkan dari sektor perkebunan dan pertanian serta produk UKM,” ujarnya.

 Praseno juga mengajak provinsi di Indonesia Timur melakukan ekspor dari Manado ke Jepang. Sebab akan menghemat biaya jika harus melalui Jakarta atau Surabaya.

Marolop Nainggolan mengatakan, direct export ini merupakan upaya yang cukup berani dari Pemprov Sulut untuk mendorong pelaku usaha melakukan ekspor langsung dari Manado ke Jepang. “Potensi Sulawesi Utara sendiri cukup besar. Tadi yang paling banyak diekspor adalah ikan. Namun Sulut juga punya potensi di sektor pertanian dan perkebunan serta kerajinan,” katanya.

Kementerian Perdagangan sendiri menurut Marolop siap memberikan dukungan. Dan dukungan tersebut salah satunya adalah dengan mempertemukan produsen dan eksportir dari Sulut serta buyer dari Jepang. “Besok (hari ini, red) kami akan mempertemukan mereka. Kami akan mengumpulkan para produsen dan eksportir dari Sulut dan akan mengadakan pertemuan langsung dengan buyer dari Jepang lewat zoom,” katanya.

Edwin Kindangen mengatakan, tarif per kilogram ekspor ke Jepang adalah Rp26 ribu. Dengan demikian, jika komoditas yang akan diekspor hanya 14 ton, berarti yang 1 ton akan dibayar oleh Pemprov Sulut. Jumlah yang disubsidi Pemprov Sulut adalah 1 ton dikali Rp26 ribu.

Edwin mengatakan, tadi malam ada produk dari Sulawesi Tengah, yaitu durian montong yang akan diekspor ke Jepang. Namun durian tersebut diekspor melalui Jakarta, dan diangkut oleh pesawat kargo dari Palu, kemudian ke Manado baru ke Jakarta dan selajutnya baru ke Jepang.

“Untuk itu saya akan menghubungi Dinas Perindag Sulawesi Tengah dan menawarkan agar komoditi tersebut bisa diekspor ke Jepang lewat Manado. Sebab biayanya akan jauh lebih murah jika harus melalui Jakarta,” ujarnya.(jm)

Komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *