oleh

Meningkat, Kontribusi Sektor Industri dan Perdagangan Terhadap PDRB Sulut

Barometer.co.id-Manado. Sektor industri dan perdagangan berhasil memberikan kontribusi yang cukup signifikan terhadap Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Sulawesi Utara. Bahkan kontribusi dua sektor ini mengalami peningkatan dari tahun ke tahun.

Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Sulut, Edwin Kindangen mengatakan, berdasarkan data yang dirilis Badan Pusat Statistik (BPS) Sulut, pada tahun 2020, target PDRB untuk sektor industri sebesar 9,15 persen namun berhasil terealisasi 9,56 persen. Sedangkan target sektor perdagangan pada tahun 2020 adalah 12,35 persen dan terealisasi 13,06.

Pada tahun 2021, kontribusi sektor industri dan perdagangan mengalami peningkatan dibanding tahun 2021. Dari target 9,15 persen di sektor industri, terealisasi 10,49 persen. Sedangkan target sektor perdagangan 12,40 persen, terealisasi 13,09 persen. Jadi baik sektor industri maupun perdagangan mengalami peningkatan dibanding tahun 2021.

“Kami memang tidak bisa mengklaim peningkatan tersebut hanya merupakan hasil kerja Disperindag Sulut, namun pihak lain juga tidak bisa mengklaim keberhasilan tersebut bukan hasil kerja Disperindag Sulut,” katanya.

Kindangen yang didampingi Sekretaris Dinas, Alwi Potoh, Kabid Perdagangan Dalam Negeri Ronny Erungan, Kabid Perdagangan Luar Negeri, Darwin Muksin, Kabid IKM, Leonald Liwoso dan beberapa staf mengatakan, keberhasilan sektor industri dan perdagangan memberikan kontribusi yang signifikan terhadap PDRB Sulut merupakan hasil dari kebijakan gubernur Sulut, Olly Dondokambey.

“Ada sejumlah kebijakan gubernur yang memberikan dampak positif terhadap peningkatan sektor industri dan perdagangan terhadap PDRB Sulut. Sejumlah insentif, pelatihan dan pendampingan diberikan kepada pelaku industri. Kontribusi terhadap PDRB Sulut yang meningkat pun berasal dari industri kecil, menengah hingga besar,” jelas Kindangen.

Baru-baru ini ada 30 Industri Kecil Menengah (IKM) Sulut mendapat pelatihan nasional dari Kementerian Perindustrian (Kemenperin). Produk dari IKM tersebut telah terverifikasi oleh Kementerian Perindustrian (Kemenperin) untuk diekspor. Hal ini menurut Kindangen sejalan dengan program Presiden Joko Widodo yang menggalakkan industri kecil dengan orientasi ekspor.

Sulut juga menurut Kindangen sudah melakukan ekspor semen ke lima negara, yaitu Australia, China, Filipina, Malaysia dan Taiwan. Pada tahun 2021, ekspor semen terbesar ke Filipina yakni USD 13,430 juta, kemudian Australia USD 5,638 juta, China USD2,097 juta, Malaysia USD 1,103 juta dan Taiwan USD 763 ribu.

Langkah Gubernur Olly Dondokambey menjadikan Sulut sebagai hub ekspor ke Asia Pasifik juga sudah dimulai dengan membuka dirct call export ke Jepang. Orientasi ekspor Sulut adalah produk dan komoditi di sektor perikanan, perkebunan dan pertanian. Dibukanya direct call export ini menggalakkan sektor tersebut.

Pada 2021, di tengah pandemi covid-19, komoditas unggulan Sulut yakni minyak nabati tidak terpengaruh bahkan meningkat. “Harga minyak nabati di luar negeri meningkat yang secara otomatis meningkatkan harga kopra. Hal ini juga merupakan terobosan dari gubernur yang membuka pasar eskpor minyak nabati,” kata Kindangen seraya menambahkan, saat ini harga kopra di tingkat pengumpul sebesar Rp13.200/kg.

Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Bitung menurut Kindangen saat ini tengah dibenahi untuk menarik investasi masuk. Ada tiga kebijakan yang dilakukan Pemerintah Provinsi Sulut di KEK Bitung, yaitu menyerap sebanyak mungkin produksi dari Sulawesi Utara, menyerap tenaga kerja lokal dan melakukan promosi, baik di dalam maupun luar negeri.

“Semua langkah dan kebijakan yang dilakukan Pemerintah Provinsi Sulut tersebut membuat kontribusi sektor industri dan perdagangan terhadap PDRB Sulut mengalami peningkatan,” ujar Kindangen.(jm)

Komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *