Oleh Zubi Mahrofi.
Barometer.co.id-Jakarta. Hasil Survei Nasional Literasi dan Inklusi Keuangan (SNLIK) 2022 yang dikeluarkan oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menunjukkan bahwa ada peningkatan indeks literasi dan inklusi keuangan masyarakat.
Menurut SNLIK 2022, indeks literasi keuangan masyarakat Indonesia mencapai 49,68 persen, sementara inklusi keuangan sudah mencapai 85,10 persen. Angka itu meningkat dibandingkan hasil SNLIK 2019 lalu, yaitu indeks literasi keuangan 38,03 persen dan inklusi keuangan 76,19 persen.
Artinya, tingkat literasi keuangan dan inklusi keuangan di Tanah Air mengalami kenaikan sekitar 10 persen dalam tiga tahun terakhir. Peningkatan itu tentunya tidak lepas dari usaha sejumlah pihak, mulai dari kementerian/lembaga, industri keuangan, startup atau usaha rintisan hingga masyarakat.
Meningkatnya literasi keuangan dan inklusi keuangan di Indonesia pun mendapatkan apresiasi dari Utusan Khusus Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa Bangsa untuk Inklusi Keuangan Ratu Belanda Maxima Zorreguieta Cerruti dalam Forum B20.
“Kartu Prakerja berhasil meningkatkan skill, meningkatkan kewirausahaan, atau mencari pekerjaan, sekaligus memberi bantuan sosial langsung via smartphone mereka,” kata Ratu Maxima.
Sistem penyaluran insentif Kartu Prakerja dengan menggunakan digital end-to-end serta melalui mekanisme pembayaran Government-to-Person (G2P) langsung kepada penerima telah membuat masyarakat non-urban ikut mengalami peningkatan literasi dan inklusi keuangan, karena semakin melatih mereka dalam menggunakan pembayaran secara elektronik.
Penelitian Kartu Prakerja
Sepanjang triwulan terakhir tahun 2021, Bank Dunia dan Tim Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan (TNP2K) yang didukung oleh G2Px Initiative Fund dan Indonesia Human Capital Acceleration Multi Donor Trust Fund (IHCA-MDTF), melakukan sebuah kajian mengenai Program Kartu Prakerja.
Salah satu poin yang menjadi pesan kunci adalah penggunaan uang elektronik sebagai salah satu metode pembayaran berkontribusi positif terhadap tujuan inklusi keuangan. Kajian ini juga menemukan bahwa 76,6 persen penerima Kartu Prakerja lebih memilih menggunakan rekening uang elektronik untuk menerima insentif pasca pelatihan, sementara selebihnya memilih rekening bank.
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto pun mengapresiasi hasil studi Bank Dunia dan TNP2K. Menurutnya, Kartu Prakerja merupakan kisah sukses pemerintah Indonesia dalam mentransformasi layanan publik, baik teknologi digital maupun cara-cara yang biasa dilakukan startups ada di Kartu Prakerja.
“Program Kartu Prakerja betul-betul sebuah terobosan atau breakthrough transformasi digital dan inklusi keuangan Indonesia,” ujar Airlangga yang juga Ketua Komite Cipta Kerja, komite yang bertugas merumuskan kebijakan dan mengendalikan Program Kartu Prakerja.
Menjelang akhir 2022, Kartu Prakerja telah dirasakan manfaatnya oleh 16,42 juta orang di 514 kabupaten/kota yang tersebar di seluruh Indonesia. Mereka mengikuti pelatihan, menerima sertifikat, melihat lowongan kerja, dan mendaftar kerja secara online, tanpa dibatasi ruang dan waktu.
Kepala Departemen Ekonomi Centre for Strategic and International Studies (CSIS) Indonesia, Yose Rizal Damuri menambahkan, fakta menarik dari kajian Bank Dunia dan TNP2K adalah bagaimana mayoritas penerima Kartu Prakerja awalnya tidak memiliki akun uang elektronik atau dompet digital.
“Dari temuan ini kita dapat melihat bagaimana inklusi keuangan telah menunjukkan kemajuan dan pengenalan Kartu Prakerja, terutama inisiatifnya dalam menggunakan mekanisme pembayaran digital G2P banyak membantu dalam aspek inklusi keuangan,” kata Yose.
Sementara itu, Direktur Eksekutif Manajemen Pelaksana Program Kartu Prakerja Denni Puspa Purbasari mengatakan, merujuk berbagai literatur terkait inklusi keuangan, ternyata untuk menjadi nasabah bank memiliki tantangan tersendiri, diantaranya banyaknya regulasi yang diperlukan serta dibutuhkannya kehadiran fisik dalam proses pembukaan rekening.
“Dengan fakta begitu banyaknya masyarakat Indonesia memiliki telepon seluler, membuat kita bisa mengembangkan inklusi keuangan, berkolaborasi dengan lembaga-lembaga keuangan digital yang makin banyak tumbuh. Ini juga terkait banyak bank dan kantor pelayanan publik tidak beroperasi saat puncak pandemi lalu,” kata Denni.
Program Kartu Prakerja menjadi praktik baik sebagai program peningkatan kompetensi kerja, kewirausahaan, serta inklusi keuangan sekaligus menjawab kebutuhan inovasi digitalisasi layanan publik di Tanah Air.
Literasi digital
Meskipun pada awalnya program ini bukanlah program yang dirancang untuk masa pandemi, namun pada akhirnya program ini juga menjadi sangat penting di era pandemi karena mendorong perluasan literasi digital masyarakat.
Salah satu penerima Kartu Prakerja, Agriani Mo’o dari Manado, Sulawesi Utara, mengatakan digitalisasi yang diterapkan Kartu Prakerja banyak memberikan manfaat bagi dirinya.
Berlatar belakang ibu rumah tangga, Agriani memilih pelatihan memasak dan cara berbisnis secara online atau daring untuk mendukung upayanya menjadi wirausaha demi mendapatkan tambahan pendapatan seraya menjalani kewajibannya sebagai ibu dalam merawat anak.
Penerima manfaat pada Gelombang 33 itu mengaku ada perbedaan dari sebelum memiliki ilmu berjualan daring. Kini lebih banyak calon pembeli yang tertarik dengan produk yang ditawarkannya, yakni berjualan baju untuk orang dewasa dan anak-anak serta berbagai produk fesyen lainnya, mengikuti model dan tren yang menjadi perhatian di media sosial.
Agriani ketika ditemui ANTARA di Bali. mengungkapkan bahwa jumlah penjualan naik kira-kira dua kali lipat setelah ikut pelatihan.
Kisah sukses lainnya juga dialami Omi Saomi asal Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat, juga mengaku bahwa banyak pengetahuan yang didapatkan dari kelas-kelas online program Kartu Prakerja.
Peserta Gelombang 33 pada 2022 itu mengambil pelatihan content creator YouTube. Seperti video kover lagu lain yang bisa ditemukan di YouTube, Omi menonjolkan suaranya untuk meraih penonton atau viewer di situs video tersebut.
Dengan teknik yang dipelajari dari pelatihan program Kartu Prakerja, ia merasakan dampak nyata, seperti peningkatan jumlah penonton yang melihat kontennya. “Gede, lumayan dampaknya. Bahkan teman saya yang baru lihat, bilang ada view yang sudah sampai 6 ribu, bahkan yang sudah di-upload beberapa bulan,” ujarnya.
Dia mengapresiasi program Kartu Prakerja, baik berupa pelatihan maupun insentif, yang menyasar peningkatan kompetensi pekerja Indonesia itu. Manfaat tersebut, utamanya untuk penyandang disabilitas fisik, seperti dirinya. Pendaftaran dan pelatihan Kartu Prakerja yang dilakukan penuh secara daring dianggapnya menjadi salah satu nilai tambah dari program itu.
Nuansa digital dalam sistem Kartu Prakerja kembali membuktikan bahwa program ini berperan dalam menciptakan pasar kerja yang inklusif di Indonesia. Terbukti dari kepesertaan yang menjangkau berbagai kalangan termasuk penyandang disabilitas.(ant)