Barometer.co.id – Amurang 
Semasa memerintah Kabupaten Minahasa Selatan (Minsel), Tetty Paruntu banyak meninggalkan proyek-proyek mubazir lantaran tak berfungsi. Bahkan ada diantaranya hanya meninggalkan konstruksi yang tak sedap dipandang mata.

Contohnya saja bangunan yang berada tepat di sebelah gedung Waleta. Bangunan yang hanya berupa pondasi dan tiang-tiang, kini hanya menjadi hiasan di tengah kurangnya tempat parkir. Padalah anggaran yang dikeluarkan tidak kecil, kurang lebih Rp 2 miliar APBD terkuras.

“Kita melihat ketidakefisienan pada pemerintahan sebelumnya. Proyek-proyek yang tak berfungsi seperti destilasi air laut juga green house. Begitu pula dengan proyek-proyek setengah jadi sama seperti proyek hambalang. Sebenarnya ini berpotensi kerugian keuangan negara, tapi nyatanya lolos di BPK,” papar pemerhati Minsel, Sonny Nayoan.

Lanjut dia mengharapkan pemerintahan saat ini dapat menarik pelajaran dari kesalahan pemerintahan sebelumnya. Selain itu juga perlu mencarikan solusi, agar aset-aset pemerintah tersebut disentuh.

“Biar bagaimanapun aset-aset dari proyek tak jelas tersebut milik pemerintah. Bila tak disentuh maka kerugian negara sudah dipastikan. Nah saya menyarankan agar dapat dimanfaatkan, tentunya lebih dulu diperiksa dari besaran anggaran yang harus dikeluarkan,” bebernya.

Dia juga berharap untuk bangunan yang terbengkalai juga dilanjutkan. Bila tidak maka jelas terkonversi menjadi kerugian negara 100 persen. Paling tidak tahun depan dapat dianggarkan. Ini termasuk juga bangunan-bangunan kepariwisataan yang hingga kini terbengkalai. 

“Memang seperti buah simalakama. Dibiarkan maka praktis sudah menjadi kerugian negara 100 persen. Sedangkan bila lanjut, diperhadapkan dengan anggaran. Namun lebih baik dilanjutkan tentu dengan memperhitungkan kemampuan anggaran. Ini pilihan lebih baik dibandingkan aset miliaran rupiah ini rusak tanpa manfaat sedikitpun,” pungkasnya.(jim)