Barometer.co.id-Manado. Kota Manado mengalami deflasi 0,81 persen pada bulan Februari 2022. Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara, Arbonas Hutabarat mengatakan, Kelompok Makanan, Minuman, dan Tembakau menjadi penahan utama tekanan inflasi di Manado pada Februari 2022 dengan andil deflasi -0,78% (mtm).
“Komoditas utama pada Kelompok Makanan, Minuman, dan Tembakau yang mengalami penurunan harga terdalam sehingga menyebabkan deflasi adalah komoditas minyak goreng. Komoditas tersebut tercatat deflasi -0,27% (mtm), lebih rendah dibandingkan dengan deflasi pada bulan Januari 2022 yang sebesar -0,04% (mtm),” kata Arbonas.
Hal tersebut menurut Arbonas juga terkonfirmasi melalui data yang dikumpulkan dalam Survei Pemantauan Harga (SPH) Bank Indonesia, dimana harga rata-rata minyak goreng turun dari Rp18.455,-. pada bulan Januari 2022 menjadi rata-rata Rp17.133,- pada Februari 2022.
“Membaiknya pasokan minyak goreng dan semakin meratanya distribusi mendorong penurunan harga komoditas tersebut,” ujarnya.
Di samping itu, 8 (delapan) komoditas perikanan yaitu ikan cakalang/sisik, ikan deho, ikan oci, ikan malalugis/sohiri, ikan, selar/tude, ikan tindarung, ikan lolosi, dan ikan kembung juga menjadi faktor penyebab deflasi Kota Manado dengan total andil deflasi sebesar -0,53% (mtm). Kondusifnya kondisi perairan dan cuaca di Sulut sepanjang Februari 2022 mendorong ketersediaan pasokan komoditas perikanan relatif terjaga.
Di Sisi Iain, dari kelompok ini, komoditas daging babi dan cabai rawit menjadi pendorong inflasi dengan andil masing-masing 0,05% (mtm) dan 0,03% (mtm). “Perayaan HBKN Imlek ditengarai menyebabkan peningkatan permintaan akan komoditas tersebut, di samping menurunnya pasokan cabai rawit dari Kab. Gorontalo akibat panen yang tidak maksimal,” jelas Arbonas.
Sejalan dengan pola historisnya, tekanan inflasi Februari 2022 mengaiami perlambatan. Namun demikian menurut Arbonas, inflasi Sulawesi Utara yang tercermin dari Manado dan Kotamobagu diperkirakan akan meningkat pada Maret 2022. Kondisi curah hujan yang diperkirakan tinggi pada bulan Maret 2022 akan mempengaruhi tingkat pasokan sejumlah komoditas holtikultura dan perikanan yang menjadi faktor risiko kenaikan inflasi.
“Di samping itu, potensi kenaikan harga komoditas emas perhiasan akibat peningkatan harga emas dunia, serta peningkatan harga rokok yang masih terjadi secara gradual juga menjadi faktor pendorong inflasi,” ujarnya.
Sinergi seluruh pihak dalam Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) Provinsi Sulawesi Utara pada bulan Februari 2022 diwujudkan dalam beberapa langkah konkrit untuk menjaga ketersediaan pasokan dan keterjangkauan harga, terutama pada komoditas minyak goreng.
Beberapa program stabilisasi harga minyak goreng yang dilakukan antara lain pemantauan minyak goreng satu harga oleh TPID Minahasa Selatan (15/2), serta operasi pasar minyak goreng harga Pemerintah oleh TPID Bitung (15/2), T PID Bolaang Mongondow Utara (17/2), dan TPID Kotamobagu (17/2).(jm)