Memasuki musim kemarau, Kabupaten Minahasa Selatan (Minsel) sudah dua kali berturut-turut terkena musibah kebakaran. Pertama pada 31 Mei di Desa Tenga Kecamatan Tenga, tepatnya kompleks pasar. Sedangkan kedua yang terjadi kemarin, berlokasi di Kecamatan Amurang sekitar kompleks pasar 54.

Pada kebakaran di Tenga untungnya tidak terdapat korban jiwa. Namun satu buah bangunan non permanen yang digunakan sebagai kios bakso habis terbakar. Sementara itu satu buah bangunan permanen berupa rumah toko (ruko) mengalami kerusakan pada bagian atap.

Diduga penyebab kebakaran berupa arus pendek listrik yang kemudian ‘melalap’ bagian bangunan. Meski sampai sekarang belum ada keterangan resmi yang berangkat dari hasil pemeriksaan.

Sementara itu lokasi Kecamatan Amurang, tepatnya belakang Benteng Portugis pada 01 Juni, satu rumah permanen milik keluarga Joseph terbakar. Seperti informasi yang disampaikan oleh Sekretaris Pol PP Minsel Mariano Kani yang memimpin pengamanan dan membantu pemadaman api, diduga kebaran berasal dari hubungan pendek listrik.

“Kebakaran terjadi sesuai laporan warga pada pukul 20.15 Wita. Dugaan karena hubungan pendek listrik. Hal ini karena pada belakang rumah yang menjadi korban kebakaran merupakan tempat penampungan ikan, sehingga banyak freezer,” sebut Kani yang biasa dipanggil Nano mendampingi Kabid Pencegahan dan Penanggulangan Christian Durant.

Saat melakukan upaya pemadaman, satu orang petugas dari Dinas Damkar terjatuh dan terluka. Saat kejadian, korban atas nama Andre Matiolo, memanjat tembok benteng. Lantaran gelap, akhirnya korban terjatuh dan harus mendapat perawatan medis.

 Berdasar dua kejadian tersebut, Minsel bisa masuk kategori rawan kebakaran. Disebabkan dalam satu bulan, sudah tiga kebakaran yang terjadi. Paling pertama berlokasi di Kelurahan Kawangkoan Bawah yang menghanguskan tempat pekopraan.

Menilik kedua peristiwa terakhir, diduga penyebab kebakaran lantaran hubungan pendek listrik. Hal ini juga patut diduga karena banyak instalasi listrik di rumah-rumah dan tempat usaha tidak sesuai standar. Selain juga penggunaan listrik yang melebihi beban.

Memang kalau kita melihat hampir semua kebakaran disebabkan oleh listrik. Sehingga memang kemungkinan banyak instalasi listrik yang terpasang tidak sesuai dengan standar. Seperti penggunaan kabel dan lainnya. Ini harusnya menjadi perhatian bagi warga maupun PLN,” terangnya.

Di tempat terpisah salah satu warga mengatakan sering terjadi kebaran harusnya segera diantisipasi oleh Pemkab Minsel. Terutama ketersediaan fasilitas pemadam kebakaran yang memadai. Saat ini Minsel memiliki dua mobil pemadam kebakaran (Damkar). Namun salah satu sudah rusak meski masih dapat dipaksakan untuk dipergunakan. 

“Pemkab Minsel sebaiknya segera menambah armada Damkar. Kalau perlu dibuat pos-pos, sehingga lokasi kebakaran dapat lebih cepat dijangkau. Jangan sampai tiap kali terjadi, kerusakan sudah terlanjur besar,” ungkap Jhonny Sumampow, warga Kawangkoan Bawah.(jim)