Barometer.co.id-Memilih pekerjaan yang nyaman untuk kehidupan, merupakan keharusan bagi setiap orang. Karena akan menambah produktifitas dalam menghasilkan suatu karya yang maksimal. Namun banyak faktor yang akan membuat pekerjaan seseorang tersebut akan terasa nyaman. Mulai dari hobi, lingkungan yang mendukung maupun faktor materi.

Hal itulah yang dialami oleh Liani Tiara Gabriela Mahda (29) warga Minahasa Utara yang banting stir dari pekerjaan sebagai karyawan di sebuah bank swasta di Manado, dengan berjualan bakso tusuk atau cilok ikan tuna.

“Sebelumnya saya bekerja di sebuah bank swasta di Manado. Sudah 5 tahun saya bekerja,” katanya saat ditemui di tenantnya yang terletak di Alfamart Winenet Madidir Siswa Kota Bitung.

Namun karena berbagai pertimbangan, seperti meneruskan usahanya berjualan maupun keluarga hingga dirinya memutuskan untuk mengundurkan diri dan membuka usaha, yaitu bakso tusuk atau cilok dengan bahan dasar tuna dan tepung tapioka.

Awalnya karena belum memiliki latar belakang berjualan cilok, wanita murah senyum ini memutuskan untuk franchise terlebih dahulu. Selang beberapa bulan, setelah mengetahui lika-liku, akhirnya dia putuskan untuk membuka sendiri.”Pada awal buka usaha, jalan yang saya lalui, tak mulus. Karena pada waktu itu, pandemi Covid-19 terjadi, memang harus berjuang,” ujar wanita yang saat ini tengah hamil tujuh bulan.

Namun demikian untuk menjadi wiraswasta yang berhasil tidaklah mudah jalan yang dilaluinya. Hal ini sesuai dengan pepatah yang mengatakan “Pelaut yang tangguh tidak lahir dari laut yang tenang, melainkan dari ombak yang besar melainkan dari ombak yang besar dan badai”. “Meskipun pada saat itu terjadi Covid-19, namun saya terus berusaha untuk bertahan membuka usaha, karena Tuhan pasti menolong,” katanya.

Rupanya usaha tak mengkhianati akhir, setelah pandemi mulai berakhir, anak-anak kembali ke sekolah, usaha yang dibukanya, mulai ramail, karena lokasi Alfamart Madidir Siswa Bitung dekat dengan sekolah SMP dan SMA, sehinngga banyak pembelinya.”Cilok yang saya jual harganya Rp 1.000,” ungkapnya.

Pundi-pundi rupiah pun mulai terkumpul. Sehingga pada waktu itu, pendapat dari menjual cilok mencapai Rp 750.000 – Rp 800.000 perharinya. Jumlah tersebut tentu membuatnya terus mengucapkan rasa syukur.

“Pada saat itu, memang saya bersyukur dengan hasil yang diperoleh dari menjual cilok,” ungkapnya.

Meskipun saat ini dia harus menyediakan banyak cilok untuk dijual, yaitu 15 kilogram per hari, namun untuk bahan baku, tak pernah kesulitan, semuanya tersedia, termasuk tuna.memiliki hasil laut salah satunya adalah tuna.”Untuk bahan baku saya tak pernah kesulitan, karena cukup tersedia. “Saat ini saya hanya pesan, langsung tersedia,” kata wanita yang mencintai keluarga.

Saat ini dirinya masih terus fokus untuk mengembangkan bisnis Cilok yang diberi nama Porodisa, karena sudah memiliki titik yang dianggapnya strategis di beberapa titik kota Bitung.

Untuk varian yang dijualnya untuk cilok antara lain bakso rebus, tahu bakso, pangsit goreng dan telur gulung. “Dari cilok saya sudah bisa merenovasi rumah, membuka lapangan pekerjaan dan lebih banyak waktu dengan keluarga,” tutup wanita murah senyum ini.(jm)