Barometer.co.id-Manado. Inflasi secara year on year (yoy) di Sulawesi Utara pada bulan Maret 2024 sebesar 3,82 persen. Komoditas beras masih menjadi penyumbang utama sebesar 1,63 persen diikuti daging babi 0,75 persen.
“Inflasi y-on-y terjadi karena adanya kenaikan harga yang ditunjukkan oleh naiknya indeks kelompok pengeluaran, yaitu yang terbesar kelompok makanan, minuman dan tembakau sebesar 9,52 persen. Kemudian kelompok Penyediaan Makanan dan Minuman/Restoran sebesar 3,87 persen,” kata Asim saat menyampaikan rilis, Senin (01/04/24).
Kelompok yang juga mengalami peningkatan indeks yang cukup tinggi yaitu Perawatan pribadi dan jasa lainnya sebesar 2,28 persen serta kelompok Transportasi 1,95 persen dan Rekreasi, olahraga dan budaya 1,66 persen.
“Komoditas yang menjadi pendorong inflasi setelah beras dan daging babi yaitu daun bawang 0,19 persen, Sigaret Kretek Mesin 0,15 persen dan Angkutan udara 0,15 persen. Sedangkan komoditas penahan inflasi yaitu tomat -0,22 persen, cabai rawit -0,20 persen, Ikan Cakalang -0,09 persen, Ikan tude -0,06 persen dan celana pajang katun pria -0,03 persen,” ujar Asim.
Inflasi year on year tertinggi dari empat wilayah cakupan Indeks Harga Konsumen (IHK) di Sulawesi Utara yaitu Kabupaten Minahasa Selatan sebesar 6,29 persen, kemudian Kabupaten Minahasa Utara 5,87 persen, Kota Kotamobagu 3,52 persen dan Kota Manado 2,62 persen.
Beras menjadi pendorong utama inflasi yang terjadi di Manado, Kotamobagu dan Minahasa Utara. Sedangkan di Minahasa Selatan, komoditas daging babi menjadi pendorong utama.
“Saat ini beras memang masih menjadi pendorong utama inflasi di Sulawesi Utara. Tapi seiring dengan mulai memasuki musim panen saat ini, maka diharapkan harga beras akan semakin turun lagi,” kata Asim.(jou)