Barometer.co.id-Manado. Untuk meningkatkan tingkat literasi dan inklusi keuangan, Kantor Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Sulawesi Utara, Gorontalo, Maluku Utara (Sulutgomalut) menerapkan 5 strategi.

Kepala Divisi Pengawasan PEPK, Keuangan Daerah, dan Layanan Manajemen Strategis OJK Sulutgomalut, Budiman P. Siahaan mengatakan, pertama adalah memberikan edukasi keuangan kepada 10 kelompok priortas. Mereka adalah Pelajar/Mahasiswa dan Pemuda/i, Profesi, Karyawan, Petani & Nelayan, Penyandang Disabilitas, Pelaku UMKM, Pekerja Migran Indonesia (PMI) dan keluarga, Masyarakat Daerah Terdepan, Terluar, Tertinggal (3T), Perempuan/ IRT serta Komunitas.

“Untuk 10 kelompok prioritas tersebut sejak Januari hingga 31 Agustus 2025 telah dilakukan 313 kegiatan edukasi keuangan dan menjangkau 595.602 peserta. Dari 10 kelompok priortas tersebut, hanya kelompok PMI yang belum dilakukan edukasi. Sedangkan kelompok lainnya sudah dilakukan di mana yang terbanyak adalah masyarakat umum 146 kegiatan dan menjangkau 577.184 peserta,” kata Budiman.

Strategi kedua adalah Integrasi program nasional. Dalam melaksanakan kegiatan edukasi keuangan, OJK secara konsisten menyesuaikan tema dan materi dengan kampanye nasional yang sedang berlangsung pada periode tertentu. “Strategi ini dilakukan agar kegiatan edukasi menjadi lebih relevan, kontekstual, dan selaras dengan agenda literasi serta inklusi keuangan nasional,” ujar Budiman.

Strategi yang dilakukan adalah melalui program Gerakan Nasional Cerdaskan Keuangan atau Gencarkan serta Hari Indonesia Menabung (HIM). Untuk program Gencarkan, ada beberapa kegiatan yang dilakukan. Pertama Gerak Syariah (Gebyar Ramadan Keuangan Syariah) mencakup 54 kegiatan dengan 320.361 peserta, kemudian Global Money Week pada bulan Maret yang melibatkan 51 kegiatan dengan partisipasi 7.121 peserta.

Ketiga adalah Bulan Literasi Keuangan (BLK). Kegiatan ini dilakukan pada bulan Mei sampai Agustus 2025 dengan 81 kegiatan dan 256.519 peserta. “BLK ini beririsan dengan kegiatan Hari Indonesia Menabung,” kata Budiman.

Untuk Hari Indonesia Menabung sendiri menurut Budiman digelar pada bulan Juli dan Agustus 2025. Kegiatan yang beririsan dengan BLK ini difokuskan pada segmen pelajar dan mahasiswa. Selama periode tersebut telah dilakukan 31 kegiatan edukasi dengan 3.398 peserta.

“OJK bersama stakeholders terkait juga melaksanakan Puncak acara HIM dan BLK Sulawesi Utara Tahun2025 pada tanggal 20 Agustus 2025 yang menghadirkan 1.110 peserta, terdiri dari pelajar, mahasiswa dan guru pendamping, dengan dukungan fasilitasi dari 17 IJK,” jelas Budiman.

Nantinya OJK akan menggelar Bulan Inklusi Keuangan (BIK) pada bulan Oktober 2025 secara nasional. Di Sulawesi Utara, punck BIK akan digelar di Megamas Manado dengan berbagai kegiatan.

Budiman mengatakan, Strategi ketiga dalam meningkatkan Literasi dan Inklusi Keuangan adalah peningkatan akses informasi digital dan radio. “Seiring dengan perkembangan teknologi informasi, OJK menyadari bahwa literasi keuangan tidak lagi hanya mengandalkan metode tatap muka. Oleh karena itu, kami secara konsisten mendorong pemanfaatan kanal digital dan media radio sebagai sarana penyebaran informasi yang interaktif, dan mudah diakses oleh masyarakat luas,” tambah Budiman.

Langkah yang dilakukan adalah optimalisasi kanal Instagram @ojk_manado yang secara rutin memproduksi konten-konten edukasi keuangan dengan kemasan visual dan bahasa yang lebih ringan. Dari Januari s.d. 31 Agustus 2025, OJK Sulutgomalut telah memproduksi 577konten dengan capaian lebih dari 236.272 viewers, menunjukkan antusiasme masyarakat yang tinggi terhadap materi yang disampaikan.

Keempat adalah kolaborasi dengan pemerintah daerah dan Industri Jasa Keuangan. Kolaborasi ini menurut Budiman bukan hanya soal kehadiran, melainkan juga penguatan substansi kegiatan, mulai dukungan infrastruktur, hingga penyelarasan program daerah dengan agenda nasional.

“Dengan pola kerja bersama ini, masyarakat tidak hanya mendapatkan pemahaman yang lebih baik mengenai produk dan layanan keuangan, tetapi juga memperoleh akses nyata terhadap berbagai solusi keuangan sesuai kebutuhan mereka,” katanya.

Dan kelima adalah Edukasi berbasis perlindungan konsumen. Selain memperkenalkan manfaat produk dan layanan jasa keuangan, OJK menempatkan aspek pelindungan konsumen sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari setiap kegiatan edukasi.(jou)