Barometer.co.id-Tomohon. PT PLN (Persero) Unit Pelaksana Pengendalian Pembangkitan (UPDK) Minahasa turut berpartisipasi dalam salah satu rangkaian kegiatan Tomohon International Flower Festival (TIFF) 2022 yaitu International Conference on Utilization of Renewable Energy For Agroindustrial Product Management, Selasa (09/08).
PT PLN (Persero ) UPDK Minahasa dalam hal ini diwakili oleh Manger UPDK Minahasa, Andreas Arthur berpartisipasi menjadi Keynote Speaker dalam tema Challenges and Opportunities Development Microhydro Power Plant in North Sulawesi.
Tidak hanya dari PT PLN (Persero) UPDK Minahasa, kegiatan ini dihadiri pula oleh Direktorat Jenderal Energi Baru dan Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE) Kementerian Energi dan Sumber daya Mineral (ESDM), Kepala Riset dan pengembangan Kementerian Pertanian Republik Indonesia, Indonesia Renewable Energy Society (IRES), PT Pertamina Geothermal Energy (PGE) Area Lahendong, President of APEC Sustainable Energy Center (APSEC), hingga Applied Science University of Swiss,
Mikrohidro merupakan salah satu jenis pembangkit listrik tenaga air yang memiliki kapasitas kecil yang memanfaatkan aliran air seperti saluran irigasi, sungai ataupun aliran air terjun alami yang dimanfaatkan energi potensial yang berasal dari perbedaan ketinggian (head) serta jumlah aliran air.
Dalam pemaparannya, Andreas Arthur mengatakan bahwa mikrohidro merupakan salah satu solusi bagi para petani untuk mendapatkan lisrik yang murah dan ramah lingkungan.
Ia juga menjelaskan secara teknis bagaimana cara serta hal apa saja yang perlu dilakukan untuk membangun sebuah Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro serta tantangan apa saja yang dihadapi pada saat perencanaan dan pembangunannya kepada peserta konferensi yang didominasi oleh para petani tanaman hias serta tanaman pangan serta beberapa praktisi serta akademisi yang ada di Sulawesi utara.
Ditemui setelah melaksanakan pemaparan, Andreas Arthur menjelaskan bahwa, potensi renewable energy di Sulawesi Utara sangatlah besar terutama di daerah Kota Tomohon karena didalamnya terdapat potensi geothermal yang sangat besar serta potensi mikrohidro pula yang cukup baik.
“Salah satu tantangan dalam pengembangan renewable energy khususnya mikrohidro adalah intermittent dari energi primer, yaitu air yang sangat bergantung dengan musim sehingga dapat mengganggu kontinuitas dari proses pembangkitan energi yang menggunakan pembangkit Mikrohidro,” ujarnya.
Oleh karena itu, menurut Andreas, selain dari pembangkit listrik Tenaga Mikrohidro, para petani harus tetap mendapat back up supply listrik dari jaringan listrik PLN. Dengan terhubungnya para petani kedalam jaringan listrik PLN, hal ini juga dapat meningkatkan penjualan dari PLN seiring dengan kebutuhan energi pada bisnis baru dalam bidang pertanian yang akan dikembangkan oleh petani serta dapat menjaga pasokan energi bagi para petani apabila terjadi intermintensi pada Mikrohidro yang dimilikinya.
Dengan diadakannya kegiatan ini, diharapkan para petani khususnya di daerah Kota Tomohon semakin memiliki wawasan yang luas tentang renewable energy, serta dapat memanfaatkan atau bahkan mengembangkan renewable energy seperti geothermal, mikrohidro, serta solar cell untuk dapat dimanfaatkan dalam area pertaniannya. Sehingga dapat meningkatkan produktifitas dari hasil pertanian yang ada di Kota Tomohon, serta diharapkan bahwa Kota Tomohon dapat menjadi Center Of Renewable Energy bahkan menjadi Renewable Energy City.(jm)