SUKSES pada pelaksanaan BTP Bridge Challenges pertama, yang diikuti 144 peserta, memotivasi penggagas iven bridge online ini untuk menggelar BTP Bridge Challenges II, yang dijadwalkan mulai tanggal 21 September s.d. 07 Oktober 2020.

Hingga menjelang penutupan pendaftaran pada tanggal 18 September 2020 malam telah tercatat sebanyak 199 peserta. Demikian disampaikan penggagas iven, Bert Toar Polii (BTP). Menurutnya pertandingan akan diawali babak penyisihan dengan menggunakan sstim Swiss 7 session @12 board dengan sistim Best Hand.

Selanjutnya 64 pemain terbaik akan melaju ke babak kedua. Ke 64 pemain ini akan dibagi dalam 16 pool berisi 4 pemain. Setiap pool akan bermain setengah kompetisi dan juara 1 dan 2  akan melaju ke babak knock out 32  besar. Pada babak kedua akan memainkan 16 papan per sesi.

“Kemudian dilanjutkan dengan babak KO memainkan 2 x 10 board dan nanti di semi final dan final main 2 x 16 board. Demikian penjelasan dari Pemimpin Pertandingan John Tumewu mengenai sistim pertandingan. Selanjutnya setiap session akan dimainkan 1 hari kecuali babak semi final dan final dimainkan 2 hari, yang artinya  direncanakan turnamen ini akan berakhir 07 Oktober 2020,” ujar Bert Toar Polii.

Sebelumnya, BTP Bridge Challenges pertama sukses digelar dengan menempatkan Hikmat Tutasry, pemain lama asal Lampung sebagai juara. Sementara posisi kedua Boy Roring asal Tomohon dan juara ketiga Rafael Lumban Toruan pemain dari STIS, yang setelah lulus mendapat tugas di Papua.

Turnamen bridge challenges walaupun sudah lama diperkenalkan oleh Bridge Base Online tapi belum diakui oleh World Bridge Federation sebagai salah satu nomor pertandingan. Walaupun demikian,  permainan ini telah dibagikan di situs American Contract Bridge League sebagai salah satu pilihan untuk pecandu olahraga bridge. Beberapa di Negara Eropa Timur, Rumania dan Hungaria juga rajin menggelar iven challenges.

Challenges terutama ditujukan kepada pemain bridge yang sulit membagi waktu penuh untuk bermain bridge di klub bridge atau bridge online. Sebab untuk bermain pasangan atau tim dengan board pendek saja sudah dibutuhkan waktu minimal 1 jam lebih. “Nah bridge challenges merupakan pilihan yang tepat karena selain bisa dimainkan kapan saja juga tidak terikat waktu untuk menyelesaikan pertandingan,” ujar Bert Toar Polii.

Di Indonesia sendiri bridge challenges sudah punya penggemar sendiri, bahkan sudah ada beberapa komunitas yang terbentuk. “Saat  ini malah Banten Bridge Online telah menggelar turnamen bridge challenges dengan model beregu. Kalau BTP bridge challenges diikuti perorangan maka 3 on 3 diikuti regu dengan minimal 3 orang pemain. Suatu ide yang kreatif,” imbuh Bert Toar Polii.(hja)