Amurang – Tokoh masyarakat sekaligus pemerhati sosial politik Minsel, Willem Pasla mengatakan pelaksanaan Pemilihan kepala daerah (Pilkada) di Minahasa Selatan (Minsel), mempertemukan dua kekuatan besar. Kedua kekuatan yang sedang berhadap-hadapan yakni orde baru dengan kekuatan reformasi.
Kekuatan orde baru dikatakan oleh Pasla dibawa oleh pasangan nomor urut satu, Mikha E Paruntu-Ventje Tuerah (MEP-VT). Pernyataan ini didasari karena mendapat dukungan dari kekuatan-kekuatan yang dulu memegang kekuasaan di saat Orde Baru. Ini diwakili oleh Tetty Paruntu yang juga kakak dari Mikha Paruntu.
Seperti diketahui, Tetty memiliki kedekatan dengan penguasa Orde Baru.Sedangkan kekuatan reformasi ada pada kubu Frangky D Wongkar-Petra Yani Rembang (FDW-PYR). Keterwakilan pasangan nomor urut 3 ini dilihat dari latar belakang Frangky Wongkar yang pernah memimpin Lembaga Bantuan Hukum (LBH) semasa Orde Baru. Sedangkan LBH dikenal paling getol melawan sistem otoriter dan salah satu motor penggerak reformasi.
Bukan itu saja, partai PDIP sebagai pengusung FDW-PYR juga diketahui sebagai salah satu kekuatan yang meruntuhkan kekuatan Orde Baru serta melahirkan reformasi. Sehingga pasangan yang juga diusung oleh Perindo ini merupakan kekuatan perwakilan dari reformasi. Sebuah kekuatan yang menghasilkan Parubahan di Indonesia, sehingga demokrasi dapat benar-benar ditegakkan.
“Kita tahu bersama Tetty merupakan bagian dari Orde Baru apalagi memiliki kedekatan dengan penguasanya. Selain itu juga pernah menjadi bagian dari BPPC yang meruntuhkan harga cengkih dan membuat petaninya jatuh miskin. Sedangkan pak Frangky sangat kuat dikaitkan dengan kekuatan reformasi, apalagi dia dapat dikatakan pejuang hak-hak hukum masyarakat,” tukas Pasla.
Atas latar belakang pasangan calon, menurut Pasla tidak salah bila Pilkada Minsel adalah pertempuran Orde Baru berhadapan dengan reformasi. “Sekaran tinggal masyarakat yang memilih. Siapa yang layak untuk memimpin Minsel, termasuk Sulut. Apakah menginginkan kembali diperintah oleh kekuatan Orde Baru, ataukah reformasi. Apalagi dengan pengalaman 10 tahun kebelakang, Minsel mengalami ketertinggalan dibanding daerah-daerah lain,” tegasnya.(nov)