Barometer.co.id-Manado. Rusia mulai melancarkan serangan ke Ukraina pada Kamis (24/02). Adakah dampak konflik tersebut terhadap perekonomian Sulawesi Utara? Mengutip data dari Badan Pusat Statistik (BPS) Sulut, nilai ekspor non migas Sulut ke Rusia pada tahun 2021 mencapai USD 4,5 juta.

Nilai tersebut pun naik cukup signifikan dari tahun sebelumnya yang senilai USD 3,5 juta. Namun jika dilihat volume yang diekspor sebenarnya hanya mengalami kenaikan tipis. Tahun 2020, volume ekspor non migas ke Rusia sebanyak 2,054 ton sedangkan pada tahun 2021 sebanyak 2,068 ton. Kenaikan nilai ekspor lebih kepada naiknya harga komoditas.

“Komoditas Sulut yang diekspor ke Rusia adalah HS 15 yaitu Lemak dan Minyak Hewan/nabati,” kata Kepala BPS Sulut, Asim Saputra, Jumat (25/02).

Situasi panas di Rusia yang baru saja melancarkan serangan ke Ukraina ini menurut Asim tidak akan mengganggu ekspor Sulut. “Konflik di Rusia tidak akan mempengaruhi ekspor Sulut ke negara tersebut. Sebab komoditi yang diekspor merupakan jenis pangan,” ujarnya.

Selain mengekspor, Sulut juga mengimpor dari Rusia walaupun nilainya kecil. Bahkan terakhir Sulut mengimpor dari Rusia terjadi pada tahun 2020, yakni hanya USD 33 ribu. Sementara pada pada tahun 2021, tidak ada barang yang diimpor dari negara tersebut.(jm)