Barometer.co.id-Manado. Beberapa proyek strategis di Sulawesi Utara (Sulut) telah mencapai tahap akhir bahkan ada yang sudah selesai. Hal ini membuat kinerja PMTB/investasi di Sulut mengalami kontraksi 1,08 persen pada Triwulan 1 2022. Kontraksi tersebut pun menjadi faktor penahan kinerja perekonomian Sulut yang tumbuh 3,86 persen.

Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Sulawesi Utara, Arbonas Hutabarat mengatakan, penurutan kinerja PMTB/investasi sejalan dengan penurunan realisasi belanja modal dan realisasi pengadaan semen dibandingkan triwulan yang sama tahun 2021. Pagu Belanja modal yang bersumber dari APBN pada tahun 2022 terkontraksi 37, 19% (yoy).

“Realisasi pengadaan semen di Sulut sepanjang Tw 1 2022 terkontraksi 12,31% (yoy) Iebih dalam dibandingkan triwulan sebelumnya yang terkontraksi 1,09% (yoy). Hal ini sejalan dengan proyek strategis nasional yang telah selesai yakni Tol Manado-Bitung, dan proyek yang telah memasuki tahap akhir yaitu Bendungan Lolak dan Bendungan Kuwil Kawangkoan. Sementara proyek selanjutnya masih dalam tahap perencanaan,” kata Arbonas.

Kinerja investasi yang mengalami kontraksi juga terlihat pada sisi Lapangan Usaha Konstruksi yang terkontraksi 3,11% (yoy). Kontraksi tersebut melanjutkan perlambatan dari triwulan sebelumnya. “Penurunan kinerja LU Konstruksi sejalan dengan penurunan realisasi belanja modal dan realisasi pengadaan semen dibandingkan triwulan yang sama tahun sebelumnya,” ujar Arbonas.

Ia mengatakan, dari Sisi pengeluaran, empat komponen cenderung mengalami perlambatan pada triwulan 1 tahun 2022. Namun demikian, tumbuhnya Konsumsi Pemerintah dan turunnya impor menahan perlambatan lebih lanjut.

Konsumsi Pemerintah tumbuh menguat setelah mengalami kontraksi pada dua triwulan sebelumnya. Konsumsi Pemerintah tumbuh 1,66% (yoy) setelah terkontraksi 3,37% (yoy) pada triwulan sebelumnya.

Kinerja Konsumsi RT melambat dengan tumbuh 5,02% (yoy) dibandingkan capaian triwulan sebelumnya sebesar 7,46% (yoy). “Hal ini sejalan dengan faktor musiman dan berlalunya periode HBKN Natal dan Tahun Baru,” kata Arbonas.

Selanjutnya, Ekspor Sulut tercatat tumbuh sebesar 4,90% (yoy), melambat dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 14,77% (yoy). Sementara itu, Impor Sulut menunjukkan kontraksi 0,78% (yoy) dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh 13,01% (yoy). “Konraksi impor Sulut menjadi penahan perlambatan perekonomian Sulut,” ujar Arbonas.(jm)