Barometer.co.id – Amurang
Minyak goreng (migor) sawit mengalami kenaikan harga hampir 100 persen sejak akhir tahun lalu. Bahkan sempat terjadi kelangkaan sehingga menimbulkan gejolak disejumlah daerah. Kini perlahan kebutuhan migor dapat dipenuhi, meski harga hanya menurun tipis.

Menekan harga migor, pemerintah mencoba melakukan penetrasi dengan menjual minyak murah di pasar-pasar tradisional. Seperti di pasar 54 Amurang pada Senin (30/05) dengan memusatkan penjualan di salah satu toko kelontong.


Pengunjung pasàr dan warga harus ikut antrian untuk mendapatkan migor yang dijual dengan harga Rp 14.000 atau Rp 15.500/liter. Pembeli juga diwajibkan membawa KTP sebagai syarat membeli.
Oleh pihak penjual mengatakan agar dapat menjangkau lebih banyak rumah tangga, tiap pemegang KTP hanya diperbolehkan membeli 2 liter.
“Kami mendapat jatah migor curah atau migor murah ini setiap hari sebanyak 180 liter atau sebanyak 90 KTP dan rencananya penjualan Migor murah ini berlanjut hingga satu minggu. Olehnya supaya tertib pembeli harus ikut antrian dan menunjukan KTP. Jatah satu KTP hanya boleh 2 liter dan harga perliter Rp 14.000,” ujar pemilik Toko.


Menurut pemilik toko program ini sangat membantu masyarakat menengah kebawah atau Ibu-ibu Rumah Tangga (IRT) pengguna langsung untuk kebutuhan masak-memasak di rumah.


“Memang harga migor yang dijual lewat program ini sangat murah, namun kualitasnya tidak murahan. Tujuannya untuk membantu ibu-ibu rumahtangga. Sebab migor lain mencapai Rp 26.000/liter, jauh di atas,” tutur pemilik toko.


Sementara itu sejumlah warga yang ikut antri dan mendapat migor murah mengaku merasa senang. Ini dikarenakan harga migor dalam kemasan memang masih mahal. 
“Bukan hanya senang saja, saya juga merasa beruntung dan terbantu dengan program ini. Karena masih ada selesih kelebihan uang untuk membantu anak sekolah dan kebutuhan lainnya. Bayangkan harga perliter harga Migor lainnya Rp 26 ribu sampai Rp 30 ribu, sehingga selisi perliter Rp 12 ribu hingga 16 ribu,” ujar Ibu Tina Warga Bitung-Amurang.


Ibu Tina berharap alangkah baiknya ada pengawasan dari pemerintah instansi terkait ketika ada program ini di pasar 54 Amurang.
“Jangan sampai ada oknum-oknum baik dari pihak-pihak toko yang dipercayakan program ini atau warga pedagang yang menyalagunakan kesempatan ini. Jangan sampai ada permainan penyaluran ini antara mereka sehingga penyaluran tidak tepat sasaran dan warga yang membutuhkan tidak kebagian,”harap Tina.


Diketahui pelaksanaan ini merupakan program Kementrian Kordinator bidang Perekonomian RI, Kementrian Perdagangan RI dan Kementrian Perindustriaan RI.(jim)