Barometer.co.id-Biak, (09/10). Pulau Biak boleh diibaratkan sebagai sekeping surga di Papua. Pulau itu memiliki pemandangan alam bawah laut sangat indah dan alami. Pemandangannya ibarat sebuah lukisan yang menakjubkan, sehingga memberikan harapan baru bagi pariwisata di Papua, setelah pandemi COVID-19.
Kabupaten Biak Numfor memiliki potensi wisata yang kaya dan beragam serta ditunjang dengan beberapa infrastruktur penunjang, salah satunya keberadaan Bandara Internasional Frans Kaisiepo, yang menjadi urat nadi perekonomian daerah di Papua.
Posisi Pulau Biak terletak di Teluk Cenderawasih mempunyai banyak atol dan terumbu karang yang indah dan kondisinya masih alami.
Berdasarkan status administratif pemerintahan, Kabupaten Biak Numfor mempunyai batas-batas wilayah, di sebelah utara dengan Samudera Pasifik, sebelah selatan dengan Selat Yapen, sebelah timur dengan Samudera Pasifik dan sebelah barat dengan Kabupaten Supiori.
Wilayah administrasi Kabupaten Biak Numfor memiliki luas 2.602 KM persegi dan luas lautan 12.522 KM persegi, terdiri dari 19 wilayah pemerintah distrik/kecamatan, dengan 257 kampung/desa dan 14 kelurahan.
Pulau Biak Numfor, Provinsi Papua, juga memiliki keindahan alam yang memukau dengan unggulan wisata bahari, di antaranya tiga titik menyelam, yakni Catalina Rweck,Undi Cave dan Rasi Rweck.
Biak juga memiliki objek wisata budaya, bahari, sejarah peninggalan Perang Dunia II, hingga wisata alam yang begitu eksotis.
Dengan letak Kabupaten Biak Numfor yang sangat strategis di Kepulauan Pasifik, maka daerah itu layak dikunjungi untuk menjelajahi. Dengan berbagai potensi dan sarana pendukung itu, maka Biak bisa dikatakanya sebagai gerbang baru pariwisata di tanah Papua.
Dosen Fakultas Seni Rupa dan Desain ITB Dr Ira Adriati memberikan kesaksian bahwa berbagai objek wisata potensi alam dan wisata budaya di Pulau Biak sangat menarik.
Banyak tempat indah di Biak, terutama objek wisata alam dan budaya daerah yang masih kuat, sehingga berpeluang menjadi pasar bagi wisatawan Nusantara maupun mancanegara.
Ira sudah mengunjungi sejumlah objek wisata dan langsung melihat kondisi sosial budaya masyarakat adat Biak yang khas. Ini sangat menarik perhatian wisatawan, “ujar
Bagi Ira, yang menulis buku berjudul “Perahu Biak”, ketika pemerintah daerah melalui dinas pariwisata terus mengembangkan potensi wisata alam dan budaya yang khas, maka daerah itu menjadi tempat pilihan wisatawan untuk berkunjung.
Sementara itu, anggota DPRP Papua Yohanis Ronsumbre mengatakan, Pulau Biak memiliki daya tarik wisata alam yang indah dan alami.
Berbagai tempat wisata alam di Biak, ada Pulau Raja Tiga di Kampung Adoki (Distrik Yendidori) dengan pesona alam yang menakjubkan, terdiri dari gugusan pulau yang berjumlah tiga buah.
Objek wisata alam Biak lainnya adalah Telaga Samares di Kampung Sepse (Distrik Biak Timur) yang memiliki warna kebiruan.
Sementara wisata budaya terunik di Biak yang sampai saat ini masih terjaga kelestariannya adalah atraksi wisata budaya adat suku Biak, yakni berjalan di atas batu panas (Apen Byaren).
Atraksi wisata berjalan di atas batu panas menjadi daya tarik wisatawan karena satu-satunya di dunia yang keasliannya masih terjaga.
Sail Cenderawasih 2023
Berdasarkan program strategis nasional dari Kementerian Pariwisata Ekonomi Kreatif bersama kementerian terkait, wilayah Kabupaten Biak Numfor telah didesain menjadi lokasi pelaksanaan “Sail Cenderawasih 2023”.
Dengan program itu, maka Biak menjadi target untuk peningkatan kunjungan wisatawan, terutama untuk mengikuti Sail Cenderawasih 2023.
Koordinasi dengan pemerintah pusat dan kementerian terkait hingga daerah terus dilakukan Pemkab Biak Numfor untuk pelaksanaan Sail Cenderawasih 2023.
Menghadapi perhelatan akbar itu, berbagai sarana prasarana penunjang infrastruktur pariwisata maupun infrastruktur dasar, seperti jalan, air bersih dan lain-lain, telah dipersiapkan oleh Pemkab Biak Numfor.
Beberapa tempat wisata alam Pulau Biak yang disiapkan untuk mendukung kunjungan wisatawan pada Sail Cenderawasih 2023 itu adalah Kuburan Tua Padwa di Distrik Yendidori. Lokasi itu merupakan objek wisata cagar budaya, berupa tebing kapur yang digunakan sebagai makam nenek moyang Suku Biak yang masih digunakan sampai sekarang.
Selain itu ada tempat wisata Perang Dunia II, yakni Monumen Perang Dunia II yang ada di Paray Kampung Anggraidi yang dibangun pada 24 Maret 1994.
Lokasi tersebut merupakan saksi bisu kejamnya Perang Dunia II. Karena di bagian dalam monumen terdapat beberapa ruangan dan lorong dengan panjang sekitar 10 meter menyimpan banyak koleksi peninggalan perang, seperti, Bendera Jepang, abu kremasi tentara Jepang, dan lain lain.
Ada juga Taman Burung dan Anggrek Objek yang merupakan wisata edukasi. Lokasi ini didirikan pada tahun 1984 oleh Dinas Kehutanan Pemerintah Provinsi Papua, sebagai tempat melestarikan beragam jenis burung khas Papua yang mulai mengalami kepunahan.
Beberapa jenis koleksi burung yang dipelihara di objek itu adalah Kasuari, Mambruk, Nuri, Cendrawasih dan Kakaktua Hitam.
Untuk koleksi angrek, terdiri dari beberapa jenis, di antaranya Anggrek Bulan, Anggrek Hitam, Anggrek Raja, Anggrek Kribo, dan koleksi lainnya.
Objek wisata Pantai Batu Picah di Kampung Sor, pantai utara Pulau Biak, sudah cukup populer di telinga masyarakat luar Biak karena memiliki pemandangan eksotis yang sangat menakjubkan. Pantai Batu Picah sering disebut dengan Pantai Gong.
Objek wisata Gua Binsari Jepang ada di Distrik Samofa yang merupakan wisata sejarah sisa peninggalan Perang Dunia II yang dipergunakan untuk persembunyian, sekaligus tempat menyimpan persediaan logistik bagi tentara Jepang dan dihancurkan tentara Sekutu pada Tahun 1944.
Sisa peninggalan Jepang, mulai dari helm tentara, jenis amunisi, tulang belulang jenazah tentara Jepang, dan masih banyak lagi aksesoris tentara Jepang yang masih disimpan di area Gua Jepang.
Ada juga objek wisata Pantai Tamasya Oridek yang memiliki keindahan alam nan eksotis dengan birunya air laut yang menjadi daya tarik utamanya serta objek wisata Pantai Tanjung Saruri berada di bibir Lautan Pasifik. Pantai Tanjung Saruri itu sangat cocok untuk wisatawan yang suka berselancar.
Masih ada Pantai Impendi. Salah satu daya tarik wisata tersebut ialah keberadaan anak tangga dengan jumlah banyak.
Warga setempat biasa menyebutnya sebagai Anak Tangga Seribu. Ketika berkunjung ke pantai tersebut, Anda harus menuruni anak tangga banyak. Selain berwisata, kegiatan ini juga bisa menyehatkan tubuh.
Geliat wisata Biak
Persatuan Hotel dan Restoran Indonesia Biak optimistis setelah pandemi sejak tahun 2020 hingga saat ini geliat sektor pariwisata Biak mulai membaik dengan banyaknya kegiatan diselenggarakan di daerah itu.
Geliat pariwisata yang semakin menggeliat akan berdampak pada sektor jasa perhotelan dan restoran karena kunjungan wisatawan bertambah.
Pelaku jasa hotel dan restoran akan berimbas positif dengan membaiknya sektor pariwisata Biak yang pada akhirnya berkontribusi pada pajak daerah.
Geliat Pariwisata di Biak Numfor semakin nyata dengan berbagai macam kegiatan pemerintah, organisasi profesi dan organisasi nonpemerintah yang menjadikan pulau itu sebagai pusat kegiatan. Berbagai program itu dapat berdampak positif bagi peningkatan kunjungan wisatawan Nusantara dan berkontribusi terhadap pendapatan pajak daerah.(ant)