BI: Perkenomian Sulut Tahun 2023 Tetap Kuat di Kisaran 4,5-5,5 Persen

Barometer.co.id-Manado. Perekonomian Sulawesi Utara pada Triwulan II Tahun 2023 tumbuh 5,26 persen, menguat dibanding triwulan sebelumnya yang sebesar 5,20 persen. Kantor Perwakilan Bank Indonesia (KPwBI)Provinsi Sulawesi Utara pun memperkirakan tahun 2023 ini, pertumbuhan ekonomi Sulut akan tetap kuat pada kisaran 4,5-5,5 persen.

Bank Indonesia pun memperkirakan faktor pendorong perekonomian Sulut di tahun 2023 ini. “Di sektor pertanian, faktor yang menjadi pendorong adalah meningkatnya target produksi perikanan tangkap sebesar 30 persen pada 2023 sejalan dengan reformasi penangkapan ikan yaitu sistem kontraktual dan implementasi penerimaan negara bukan pajak (PNBP) pascaproduksi,” kata Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Sulut, Andry Prasmuko.

Sementara faktor yang menjadi penghambat yaitu kenaikan biaya saprodi berisiko menahan kinerja Sub Lapangan Usaha Tanaman Pangan serta tren perlambatan harga CNO sejalan dengan perlambatan NTP. Sektor Pertanian menjadi kontributor terbesar pada struktur perekonomian Sulut tahun 2023 yakni 20,90 persen.

Sektor terbesar kedua pada struktur perekonomian Sulut, yaitu Perdagangan (13,32 persen) memiliki beberapa faktor pendorong, yaitu kenaikan UMP Sulut sebesar 5,24 menjadi Rp 3.485.000 tahun 2023. Kemudian berlanjutnya penyaluran bantuan sosial pada tahun 2023 dan pencabutan kebijakan PPKM di tengah tingkat vaksinasi yang terus diakselerasi. Sedangkan yang menjadi penghambat adalah berakhirnya stimulus PPnBM dan PPN DTP untuk pembelian properti.

Selanjutnya, faktor pendorong ekonomi Sulut di sektor konstruksi (11,44 persen pada struktur perekonomian Sulut) yaitu Peningkatan investasi swasta terutama investasi pada sektor tersier, yakni Hotel dan Restoran serta Perumahan, Kawasan Industri dan Perkantoran.

Sebaliknya, mulai menurunnya pagu anggaran belanja modal pemerintah dan tren penurunan realisasi pengadaan semen sejalan dengan PSN yang sudah memasuki tahap akhir bisa menjadi faktor penghambat.

Andry mengatakan, di sektor Industri pengolahan, faktor yang menjadi pendorong perekonomian adalah pertumbuhan ekonomi global berpotensi lebih tinggi dari perkiraan sebelumnya sejalan dengan penghapusan zero covid policy di Tiongkok.

“Sedangkan yang bisa menjadi penghambat adalah penurunan permintaan minyak nabati sejalan dengan fluktuasi harga minyak di tingkat global serta Risiko penurunan permintaan industri hasil perikanan sejalan dengan kenaikan tingkat inflasi dan penurunan daya beli konsumen,” ujar Andry.

Di sektor Transportasi, faktor yang menjadi pendorong ekonomi Sulut adalah peningkatan mobilitas masyarakat seiring dengan membaiknya pengendalian pandemi COVID-19, potensi low base effect kinerja transportasi pada triwulan I 2022 serta pembukaan penerbangan internasional pada tahun 2023 terutama dari Tiongkok. Transportasi menyumbang 10,30 persen pada struktur perekonomian Sulut.(jm)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *