Barometer.co.id-Manado. Mengantisipasi harga cabai rawit yang sejak beberapa waktu terakhir melonjak, Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) Sulawesi Utara mendatangkan cabai rawit dari Sulawesi Selatan sebanyak 2 ton. Masuknya cabai rawit ini diharapkan akan menstabilkan harga jelang hari raya Idul Adha.
Cabai rawit tersebut sudah tiba di Manado pada Rabu (12/06/24) malam di Bandara Sam Ratulangi Manado. Bahkan komoditas yang menjadi kebutuhan utama masyarakat Sulut ini langsung disalurkan pada Kamis (13/06) pagi lewat Gerakan Pangan Murah maupun di pasar-pasar di Kota Manado.
Kepala Dinas Pangan Sulawesi Utara, Jemmy Lampus mengatakan, masuknya cabai rawit dari Sulawesi Selatan ini sebagai langkah yang diambil pemerintah provinsi untuk memenuhi kebutuhan masyarakat dalam menyambut hari raya Idul Adha.
“Cabai rawit ini akan dijual pada kegiatan Gerakan Pasar Murah serta akan
didistribusikan di pasar sentral di Kota Manado dan dijual dngan harga 45 ribu per kilogram,” kata Jemmy.
Untuk memastikan cabai rawit ini dijual dengan harga yang telah ditetapkan, hanya pedagang atau kios yang sudah melakukan kesepakatan dengan pemerintah yang bisa menjual. “Supaya masyarakat benar-benar dapat membeli dengan harga yang murah,” katanya.
Deputi Kepala Bank Indonesia Sulawesi Utara, Renold Asri mengatakan, TPID ingin memastikan pemerintah hadir di masyarakat kapan pun, apalagi menjelang hari raya Idul Adha.
“Kami melihat pergerakan harga sudah mulai naik dan tidak kemblai ke kondisi normal. Sehingga saat ini TPID Sulut hadir di masyarakat agar dapat berlebaran dan juga nanti mengikuti Natal dan Tahun Baru tanpa terkendala komoditas utama, terutama cabai rawit, bawang, tomat dan beras,” ujarnya.
Sementara Dony dari Satgas Pangan mengatakan, pihaknya akan melakukan pemantauan jika ada pedagang yang melakukan penimbunan ataupun menjual dengan harga di atas HET.
“Kami akan melakukan penindakan jika ada pedagang yang melakukan penimbunan atau menjual di atas HET. Setiap hari kami melakukan monitor harga di pasar. Naiknya harga cabai rawit ini karena di Sulut tidak ada stok. Makanya didatangkan dari luar daerah,” kata Donny.(jou)