Barometer.co.id-Manado. PT PLN Nusantara Power (NP) Unit Pembangkitan (UP) Minahasa akan segera menambah kapasitas pembangkit listrik yang dihasilkan dari energi bersih. Setidaknya ada dua pembangkit Energi Baru Terbarukan (EBT) yang direncanakan dibangun di Sulawesi Utara. Pertama adalah Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) Sawangan dan kedua Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) Danau Tondano.

Dari dua rencana tersebut, PLTA Sawangan sudah siap dimulai. “Pembangunan PLTA Sawangan sudah mendapat lampu hijau karena memang ada dalam Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik atau RUPTL. Dari segi pendanaan juga sudah, sehingga begitu mendapat penugasan, maka PLTA Sawangan akan segera dibangun,” kata Manajer PLN NP UP Muhaimin kepada Barometer.co.id di Tondano.

PLTA Sawangan direncanakan memiliki kapasitas 12-16 MW, tergantung mesin yang dipakai. Kapasitas tersebut sesuai dengan hasil Feasibility Study yang dilakukan.

PLTA Sawangan ini akan memanfaatkan air dari PLTA Tonsealama dan PLTA Tanggari 1 dan 2. Air ini berasal dari Danau Tondano. Dan nantinya jika sudah terealisasi, Danau Tondano akan menyuplai air untuk empat pembangkit,” ujar Muhaimin.

Jika sudah selesai, PLTA Sawangan nantinya akan menambah pembangkit EBT di Sulawesi Utara, serta pada sistem kelistrikan Sulawesi Utara-Gorontalo.

Selain PLTA Sawangan, PLN NP UP Minahasa saat ini juga tengah menginisiasi pembangunan PLTS di Danau Tondano. Rencanan ini sudah dimulai dengan menyampaikannya kepada stakeholder terkait seperti Pemerintah Kabupaten Minahasa serta Balai Wilayah Sungai (BWS).

“Dari hasil penyampaian tersebut, baik Pemkab Minahasa maupun BWS meminta kami untuk memaparkan rencana ini. Kami diminta membuat kajian yang lengkap termasuk berapa luas lahan yang akan digunakan, penempatannya di mana. Dan saat ini kami sedang mempersiapkan kajian lengkapnya,” kata Muhaimin.

Terkait kapasitas PLTS ini, Muhaimin mengatakan tergantung dari follower yang tersedia. Sebab PLTS merupakan pembangkit intermitten, yang sangat tergantung sinar matahari. Jika tiba-tiba berawan, maka kapasitasnya akan langsung drop. Dan jika tidak ada pembangkit yang mampu menggantikan PLTS ini, maka akan mengganggu sistem secara keseluruhan. “Oleh sebab itu, kapasitas PLTS nantinya tergantung berapa besar kapasitas follower nya,” katanya.

Pembangkit yang berfungsi sebagai follower menurut Muhaimin juga tidak bisa sembarangan. Pembangkit follower harus bisa menyediakan listrik secara cepat karena fungsinya mengganti PLTS yang drop. “Pembangkit yang paling cocok adalah PLTA. Karena PLTA hanya memerlukan waktu beberapa menit untuk menghasilkan llistrik,” jelasnya.

Rencana pembangunan PLTA Sawangan dan PLTS Danau Tondano menurut Muhaimin juga merupakan bukti komitmen PLN NP dalam menunjang program pemerintah yang menargetkan Net Zero Emission (NZE) pada 2060.(jou)