Barometer.co.id-Manado. Sektor Konstruksi Sulawesi Utara (Sulut) mengalami kontraksi 0,09% pada triwulan II-2025. Kontraksi atau pertumbuhan negatif yang terjadi ini merupakan imbas dari efisiensi anggaran yang dilakukan pemerintah pusat.

Sektor konstruksi sendiri berada di lima besar PDRB (Produk Domestik Regional Bruto) Sulawesi Utara dengan kontribusi 11,31%. Kontributor terbesar adalah Pertanian, Kehutanan dan Perikanan sebesar 21,05%, Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi mobil dan sepeda motor sebesar 13,57%, Transportasi dan Pergudangan 11,67% dan Industri Pengolahan 11,31%.

“Kontraksi di sektor konstruksi yang terjadi pada triwulan II tahun 2025 ini sebagai imbas dari adanya efisiensi dan relokasi anggaran. Hal ini menyebabkan beberapa proyek konstruksi di Sulawesi Utara yang dibiayai pemerintah belum berjalan,” kata Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Sulawesi Utara, Aidil Adha, Selasa (05/08/25).

Ia mengatakan, kontraksi ini juga terlihat dari sektor Lapangan Usaha Administrasi pemerintahan yang juga mengalami kontraksi cukup dalam yakni -1,37%. Begitu juga menurut Pengeluaran, di mana sektor Konsumsi Pemerintah mengalami kontraksi -4,47%.

Berdasarkan data yang dirilis Bank Indonesia melalui buku Laporan Perekonomian Sulawesi Utara edisi Mei 2025, Dana Alokasi Khusus (DAK) Fisik untuk Sulawesi Utara dalam APBN Tahun 2025 berkurang Rp349,05 miliar. Hal ini merupakan imbas dari efisiensi dan relokasi anggaran yang dilakukan pemerintah pusat. Akibatnya untuk tahun 2025 ini, tidak ada belanja pembangunan konektivitas baik jalan maupun transportasi laut di Sulut.(jou)