Barometer.co.id-Jakarta. Stunting masih menjadi tantangan besar bagi kesehatan anak di Indonesia. Kondisi ini tidak sekadar membuat anak tampak lebih pendek dibanding usianya, tetapi juga mencerminkan adanya masalah gizi kronis yang bisa mengganggu perkembangan otak, kemampuan belajar, dan produktivitas di masa depan.
Data menunjukkan bahwa stunting berkaitan erat dengan kualitas sumber daya manusia sebuah bangsa. Itulah sebabnya pencegahan stunting sejak dini menjadi tugas bersama, dimulai dari keluarga, hingga pemerintah.
Masa pemberian makanan pendamping ASI (MPASI) adalah periode emas yang berperan besar dalam menentukan apakah anak akan tumbuh optimal atau justru berisiko mengalami hambatan pertumbuhan, seperti stunting.
Pada fase ini, fondasi kesehatan, kecerdasan, dan daya tahan tubuh anak dibangun. Asupan gizi yang seimbang akan membantu anak berkembang secara maksimal, sementara gizi yang tidak tercukupi dapat memicu stunting. Oleh karena itu, perhatian serius orang tua pada pola makan anak sejak MPASI tidak bisa ditawar.
Salah satu nutrisi yang paling penting untuk mencegah stunting adalah zat besi. Zat besi berperan membentuk sel darah merah sehat yang membawa oksigen ke seluruh tubuh, termasuk ke otak yang sedang berkembang pesat.
Kekurangan zat besi akan menyebabkan anemia defisiensi besi. Gejalanya sering kali tidak langsung terlihat, namun dampaknya sangat serius, termasuk masalah stunting.
Anak bisa tampak pucat, mudah lelah, sulit berkonsentrasi, hingga mengalami keterlambatan perkembangan kognitif. Dalam jangka panjang, kondisi ini dapat menurunkan kemampuan akademik dan produktivitas di masa dewasa.
Sayangnya, kebutuhan zat besi anak usia dini cukup tinggi, sementara pola makan mereka sering kali belum mampu memenuhinya.
Banyak anak yang masih memilih-milih makanan, menolak sayuran atau sumber protein tertentu, sehingga kebutuhan zat besi harian tidak tercukupi. Inilah salah satu alasan mengapa susu pertumbuhan menjadi pilihan bijak untuk melengkapi asupan gizi anak.
Susu pertumbuhan diformulasikan khusus untuk membantu memenuhi kebutuhan nutrisi yang tidak selalu tersedia dari makanan sehari-hari.
Hanya saja, pemilihan susu pertumbuhan juga tidak bisa sembarangan. Susu yang baik sebaiknya diperkaya dengan zat besi serta vitamin C. Zat besi akan membantu mencegah anemia, sementara vitamin C meningkatkan penyerapan zat besi di dalam tubuh.
Kombinasi keduanya saling melengkapi dalam menjaga kesehatan anak. Dengan cara ini, susu pertumbuhan tidak hanya memberikan tambahan energi dan protein, tetapi juga mendukung pembentukan darah yang sehat dan perkembangan otak yang optimal.
Meski demikian, orang tua perlu memahami aturan konsumsi yang tepat. Pemberian susu pertumbuhan sebaiknya tidak dilakukan bersamaan dengan makanan utama yang kaya zat besi, seperti daging merah, hati ayam, atau sayuran hijau.
Kandungan kalsium dalam susu bisa menghambat penyerapan zat besi dari makanan tersebut. Jika dikonsumsi berdekatan, zat besi tetap tidak akan terserap optimal, meskipun jumlahnya cukup.
Karena itu, susu sebaiknya diberikan dengan jeda minimal dua jam setelah makan utama. Aturan sederhana ini akan membuat penyerapan zat besi lebih baik dan nutrisi anak terpenuhi dengan seimbang.
Selain zat besi dan vitamin C, susu pertumbuhan juga mengandung nutrisi penting lainnya, seperti zinc, vitamin A, vitamin D, vitamin B12, dan asam folat. Semua nutrisi ini berperan dalam mendukung tumbuh kembang anak.
Zinc membantu meningkatkan sistem imun, vitamin A menjaga kesehatan mata, vitamin D berperan dalam pertumbuhan tulang, vitamin B12 mendukung fungsi saraf, sementara asam folat berperan dalam pembentukan sel-sel baru.
Kehadiran nutrisi ini membuat susu pertumbuhan menjadi pendamping yang penting bagi MPASI, bukan sebagai pengganti makanan, tetapi sebagai pelengkap yang menyempurnakan pola gizi anak.
Aman dikonsumsi
Sebagian orang tua masih merasa khawatir dengan keamanan produk susu pertumbuhan. Perlu ditegaskan bahwa regulasi di Indonesia sangat ketat.
Setiap produk susu yang beredar di pasaran telah melalui penelitian panjang, bahkan bertahun-tahun, untuk memastikan keamanan dan manfaatnya, sebelum diluncurkan.
Selama diberikan sesuai dengan kebutuhan anak, susu pertumbuhan aman dikonsumsi. Orang tua hanya perlu memastikan bahwa porsi dan jadwal konsumsinya sesuai dengan anjuran, sehingga manfaatnya dapat dirasakan secara optimal.
Stunting sebenarnya bukanlah masalah yang muncul tiba-tiba, namun merupakan hasil dari kekurangan gizi kronis yang berlangsung dalam jangka panjang. Artinya, pencegahan harus dilakukan sejak dini, bahkan sebelum gejala terlihat.
Menjaga asupan zat besi, memastikan anak mendapat MPASI yang seimbang, serta memberikan susu pertumbuhan dengan kandungan yang tepat adalah langkah nyata yang dapat dilakukan setiap keluarga. Jika pola ini dibangun konsisten, risiko stunting dapat ditekan secara signifikan.
Dalam praktik sehari-hari, banyak orang tua yang menghadapi anak dengan pola makan sulit. Anak sering kali menolak makanan tertentu atau hanya mau mengonsumsi jenis makanan yang sama berulang kali.
Situasi ini membuat kebutuhan nutrisi tidak seimbang. Di sinilah peran susu pertumbuhan menjadi semakin penting. Dengan formulasi yang lengkap, susu dapat membantu menutup kekurangan gizi, tanpa menimbulkan konflik makan yang berkepanjangan.
Susu pertumbuhan memang bukanlah pengganti makanan pokok, melainkan pelengkap nutrisi harian anak. Ahli Gizi, Nur Reeza Rizkyana, S.Gz, juga menyebutkan bahwa susu pertumbuhan diformulasikan untuk melengkapi nutrisi yang tidak selalu terpenuhi dari makanan sehari-hari.
Maka, tentu saja, susu tidak akan menggantikan kebiasaan makan sehat. Susu tetap hanya sebagai pelengkap, sementara makanan padat gizi harus tetap diperkenalkan secara konsisten.
Pola asuh cerdas dalam hal pemberian makan juga berperan besar. Mengatur waktu minum susu, memberi contoh pola makan sehat, serta membiasakan anak dengan berbagai jenis makanan adalah bentuk perhatian orang tua yang akan berdampak besar pada masa depan anak.
Anak yang sejak kecil terbiasa disiplin dalam pola makan dan mendapat gizi seimbang cenderung tumbuh lebih sehat dan kuat.
Pencegahan stunting bukan hanya soal tinggi badan, melainkan investasi jangka panjang pada kualitas hidup anak. Generasi yang sehat dan cerdas akan menjadi modal berharga bagi kemajuan bangsa.
Karena itu, setiap langkah kecil orang tua dalam memastikan asupan gizi anak, termasuk pemilihan susu pertumbuhan dengan kandungan zat besi dan vitamin C serta pengaturan waktu konsumsinya, adalah kontribusi besar dalam menciptakan masa depan yang lebih baik.
Melalui informasi yang benar dan penerapan yang konsisten, setiap keluarga dapat berperan dalam menurunkan angka stunting.
Anak-anak Indonesia berhak tumbuh optimal, terbebas dari ancaman anemia dan stunting, serta memiliki kesempatan yang sama untuk menjadi generasi yang sehat, cerdas, dan produktif.(ANTARA)
Oleh dr Efrianty, SpA, MKes, dokter spesialis anak di RSU Andhika