Barometer.co.id-Manado. Provinsi Sulawesi Utara memiliki potensi ekonomi yang sangat besar. Dan untuk mengelola potensi yang besar tersebut, maka dibuthkan generasi muda yang memiliki kemampuan mengatur keuangan yang didukung dengan litersi keuangan yang tinggi.
“Sulut memiliki potensi ekonomi yang sangat besar, mulai dari sektor pertanian, perikanan, pariwisata hingga perdagangan lintas batas. Dan untuk mengelola potensi ini, dibutuhkan masyarakat terutama generasi muda yang memiliki kemampuan mengatur keuangan yang didukung dengan literasi keuangan sebagai pondasi,” kata Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara, Joko Supratikto pada kegiatan Literasi Keuangan Indonesia Terdepan (LIKE IT), Kamis (11/09/25).
Kegiatan LIKE IT di Manado ini merupakan bagian dari rangkaian kegiatan edukasi nasional yang digelar secara konsisten sejak tahun 2021. Acara ini diikuti oleh lebih dari 250 mahasiswa termasuk Generasi Baru Indonesia (GenBI) dari enam pergurutan tinggi di Manado, yaitu Kegiatan LIKE IT 2025 di Manado dihadiri oleh lebih dari 250 mahasiswa, termasuk Generasi Baru Indonesia (GenBI) yang berasal dari perguruan tinggi di Provinsi Sulawesi Utara, yaitu Universitas Sam Ratulangi, Universitas Negeri Manado, Universitas Klabat, Universitas Katolik De La Salle Manado, Institut Agama Islam Negeri Manado dan Politeknik Negeri Manado.
Tujuan digelarnya acara ini adalah untuk memberikan edukasi dan pemahaman soal keuangan kepada generasi muda. “Masyarakat yang memiliki pemahaman keuangan yang cukup, diyakni lebih siap menghadapi perubahan. Lebih tahan terhadap goncangan, dan lebih mampu meraih peluang yang ada,” ujarnya.
Supratikto mengatakan, melalui acara ini, mahasiswa akan mendapatkan pengetahuan dan literasi keuangan. “Kegiatan ini juga akan memperluas pemahaman masyarakat terkait literasi dan inklusi keuangan. Dengan demikian, generasi muda mampu mengelola keuangan yang baik untuk meningkatkan perekonomian daerah,” tambahnya.
Hasil Survei Nasional Literasi dan Inklusi Keuangan (SNLIK) 2024 yang dilakukan BPS dan OJK, indeks inklusi keuangan sebesar 75,02%. Sedangkan indeks literasi baru berada pada level 65,43%. Hal ini memperlihatkan bahwa sebagian besar masyarakat telah mengakses layanan keuangan, namun belum mengerti manfaat maupun risikonya.(jou)
