Barometer.co.id-Manado. Sejak Januari hingga September 2025, capaian realisasi investasi di Sulut sebesar RP8,24 triliun. Nilai tersebut mencapai 89% dari target investasi yang ditetapkan tahun 2025 sebesar Rp9,31 triliun. Realisasi investasi ini tidak termasuk hulu migas dan jasa keuangan.
Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sulawesi Utara, Joko Supratikto mengatakan, realisasi investasi hingga September 2025 telah mengalami peningkatan dari posisi Juni 2025 yang sebesar Rp5,46 triliun atau baru 59% dari target. Di mana khusus pada triwulan III 2025 atau dari bulan Juli sd September, realisasi investasi sebesar Rp2,77 triliun.
“Investasi terbesar berasal dari Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) yakni sebesar 5,03 triliun atau 61% dari total investasi. Sedangkan Penanaman Modal Asing (PMA) pada periode ini sebesar 3,21 triliun atau 39% dari total investasi,” kata Joko.
Jumlah proyek dari total investasi sepanjang Januari hingga September sebanyak 12.384 proyek. Terbagi atas PMDN 11.487 proyek dan PMA 861 proyek. Realisasi investasi tersebut telah menyerap 13.206 tenaga kerja.
Joko mengatakan, lokasi terbesar realisasi investasi PMDN dan PMA pada periode tersebut berada di Kota Manado dengan total Rp2,80 triliun, atau 34% dari total investasi di Sulawesi Utara. Kemudian Kabupaten Minahasa Utara Rp2,12 triliun (26%), Kota Bitung 1,17 triliun (14%), Kota Tomohon Rp545 miliar (7%) dan Kabupaten Bolmong Utara Rp509 miliar (6%).
Dari subsektor, realisasi terbesar adalah Pertambangan senilai Rp2,94 triliun (36%), kemudian Industri kertas dan percetakan Rp998 miliar (12%), Perumahan, Kawasan Industri dan perkantoran Rp979 miliar (11%), Listrik, air dan gas Rp908 miliar (11%) dan Perdagangan dan Reparasi Rp634 miliar (7%).
“Secara umum, realisasi investasi terbesar pada Januari hingga September 2025 di sektor tersier sebesar 44 persen, kemudian primer 36 persen dan sekunder 20 persen,” ujar Joko.
Negara asal realisasi investasi terbesar dari Tiongkok yang mencapai 44% senilai Rp1,40 triliun. Kemudian Singapura 42% senilai Rp1,34 triliun, Hongkong 11% senilai Rp361 miliar, Amerika Serikat 0,7% senilai Rp21 miliar dan Italia 0,5% senilai Rp18 miliar.(jou)
