Barometer.co.id-Manado. Jumlah kredit yang disalurkan perbankan di Sulawesi Utara pada posisi Juni 2024 mencapai Rp51,78 triliun, tumbuh 10,46 persen secara year on year. Dari jumlah tersebut, pertumbuhan terbesar terjadi di sektor pertambangan yang mencapai 107,59 persen (yoy), senilai Rp4,96 triliun.
Kepala Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Sulawesi Utara, Gorontalo, Maluku Utara (Sulutgomalut), Robert Sianipar mengatakan, dilihat dari jenis penggunaan, penyaluran kredit perbankan di Sulawesi Utara masih didominasi oleh kredit konsumsi yang mencapai 58 persen dari total kredit sebesar Rp29,92 triliun, kemudian kredit modal kerja 28 persen sebesar Rp14,42 triliun dan kredit investasi 14 persen sebesar Rp7,43 triliun.
Kredit Non UMKM masih yang terbesar yakni mencapai 73,19 persen senilai Rp37,90 triliun, sementara kredit UMKM 26,81 persen senilai Rp13,88 triliun. Kredit Non UMKM juga mengalami pertumbuhan hingga 13,91 persen, sementara kredit UMKM tumbuh 2,01 persen.
“Secara sektoral, lima sektor dengan alokasi kredit terbesar yaitu Pemilikan Peralatan Rumah, Bukan Lapangan Usaha, Perdagangan, Pemilikan Rumah dan Pertambangan. Dari lima sektor tersebut, Pertambangan memiliki pertumbuhan tertinggi. Namun share terbesar 24,99 persen ada di sektor Pemilikan Peralatan Rumah senilai 12,94 triliun. Kredit di sektor ini tumbuh 10,97 persen (yoy),” kata Robert.
Sektor berikutnya dengan alokasi kredit terbesar adalah Bukan Lapangan Usaha sebesar Rp10,61 triliun (20,50 persen), tumbuh 8,26 persen (yoy). Kemudian sektor Perdagangan Rp8,57 triliun (16,56 persen), tumbuh 16,56 persen dan sektor Pemilikan Rumah Rp5,76 triliun (11,14 persen), tumbuh 10,97 persen.
Trend pertumbuhan kredit perbankan di Sulawesi Utara dalam tiga tahun terakhir, pada Desember 2022 hanya tumbuh 6,56 persen (yoy). Kemudian di Desember 2023 tumbuh 10,47 persen (yoy), dan Hingga Juni 2024 tumbuh 10,46 persen (yoy).
Sebaliknya, untuk Bank Perkreditan Rakyat (BPR) mengalami kontraksi dalam dua tahun terakhir. Pada Desember 2022, kredit BPR masih tumbuh positif 13,71 persen, namun pada Desember 2023 mengalami pertumbuhan -2,89 persen, dan hingga Juni 2024 mengalami pertumbuhan negatif yang lebih dalam lagi yakni mencapai -7,66 persen.
Robert mengatakan, tingginya pertumbuhan kredit di sektor pertambangan, diikuti dengan NPL Gross yang hanya 0,06 persen. “Sektor Pemilikan Peralatan Rumah memiliki NPL Gross 1,54 persen, sektor Bukan Lapangan usaha 1,11 persen, Sektor Perdagangan 3,19 persen dan sektor Pemilikan Rumah 3,31 persen,” ujar Robert.(jou)