Barometer.co.id-Manado. Inflasi Sulawesi Utara pada bulan Juli 2025 sebesar 0,21% (month to month/mtm), lebih rendah dibanding bulan Juni yang sebesar 0,64%. Komoditas beras masih menjadi penyumbang inflasi tertinggi dengan andil 0,41%.

Inflasi beras pada bulan Juli bahkan lebih tinggi dibanding pada bulan Juni yang sebesar 0,31%. Sedangkan komoditas lainnya yang memberi andil cukup tinggi di bulan Juni, yakni cabai rawit (0,26%), pada bulan Juli justru mengalami deflasi 0,05%.

“Komoditas yang juga memberi andil inflasi pada bulan Juli adalah daun bawang sebesar 0,09 persen, tomat 0,04 persen, Sekolah Dasar 0,03 persen dan Sekolah Menengah Atas juga sebesar 0,03 persen,” kata Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Sulawesi Utara, Aidil Adha, Jumat (01/08/25).

Sedangkan komoditas yang menjadi penahan inflasi yaitu Daging babi mengalami deflasi 0,13%, angkutan udara -0,09%, Ikan Deho -0,08%, Cabai rawit -0,05% dan Buku tulis bergaris -0,04%.

Secara year on year, inflasi Sulut mencapai 2,04% dan inflasi tahun kalender atau year to date 2,07%.

“Secara tahunan atau year on year, beras masih menjadi penyumbang inflasi terbesar yakni mencapai 0,72 persen, diikuti cabai rawit 0,68 persen dan emas perhiasan 0,32 persen. Sedangkan komoditas yang mengalami deflasi secara tahunan yaitu daging babi 0,39 persen, angkutan udara 0,14 persen dan daun bawang 0,12 persen,” ujar Aidil.

Dari empat daerah pemantauan Indeks Harga Konsumen di Sulawesi Utara, Kotamobagu mengalami inflasi month to month tertinggi yakni 0,85%, kemudian Minahasa Selatan 0,59% dan Manado 0,27%. Sedangkan Minahasa Utara mengalami deflasi 0,59%. “Namun komoditas yang menjadi pendorong inflasi di empat daerah tersebut sama, yakni beras,” jelas Aidil.

Secara tahunan, inflasi tertinggi juga terjadi di Kotamobagu sebesar 3,20%, kemudian Minahasa Selatan 2,62%, Minahasa Utara 2,44% dan Manado 1,60%.(jou)