Barometer.co.id – Amurang.Sejak Senin (20/09) sekolah SD dan SMP di Minahasa Selatan (Minsel) menyelenggarakan Ujian Tengah Semester (UTS). Pelaksanaan dilakukan di sekolah masing-masing dengan menyesuaikan pada protokol kesehatan (Prokes).

Seperti yang dilakukan SD Inpres Ranoketang Tua, Kecamatan Amurang yang juga melaksanakan UTS. Dalam penerapan Prokes, salah satunya dengan menerapkan sistem ganjil genap bagi siswa. 

“Penerapan Protokol Kesehatan (Prokes) wajib diperhatikan dan lakukan. Seperti halnya UTS kali ini kami menerapkan ganjil-genap agar tidak terjadi kerumunan para murid. Maksud pemberlakuan  ganjil-genap murid peserta UTS masuk ke ruang kelas mengikuti ujian adalah kelas 1,3 dan kelas 5. selanjutnya hari kedua yang wajib ikut ujian adalah kelas 2,4 dan kelas 6,” ucap August Lembong S.Pd selaku Kepala Sekolah setempat.

Lanjut dikatakan Lembong, untuk setiap mata pelajaran ujian waktunya satu jam. Sedangkan setiap hari ada dua mata pelajaran,  sehingga para murid menghabiskan waktu dua jam untuk dua mata pelajaran.

“Dengan melaksanakan ganjil-genap seperti ini memang resikonya memakan waktu yang cukup panjang dari dijadwal UTS yang sudah ditentukan yaitu berakhir tanggal 24 September. Namun itu yang harus kami lakukan agar Prokes yang sangat ketat ini memberi dampak baik bagi para siswa-siswi yang ada,”jelas Lembong.

Lembong menambahkan, selain penerapan ganjil-genap juga tidak mengizinkan setiap murid untuk berdiam, berkumpul atau bermain di sekolah seusai mengerjakan ujian. Para siswa dihimbau untuk langsung pulang ke rumah masing-masing, pelaksanaan ujian juga tidak ada jam istirahat.

“Sebelum dilaksanakan PTMT (Pembelajaran Tatap Muka Terbatas, red) dan UTS, kami lebih dulu mengundang orang tua murid untuk menyepakati ketentuan-ketentuan yang akan disepakati. Sesudah ada kesepakatan maka pelaksanaan belajar mengajar saat ini yang sedang dilakukan merupakan persetujuan dari orang tua murid,” paparnya.

Pengakuan dari seluruh orang tua murid bahwa PTMT saat ini sangat direspon dan merasa senang dibanding waktu pembelajaran sistem Daring dan Luring. ” Pengakuan orang tua mereka memang kesulitan tanpa tatap muka. Murid kebanyakan kesulitan memahami saat belajar,”pungkas Lembong.(jim)