Barometer.co.id-Manado. Nilai ekspor Sulawesi Utara (Sulut) pada bulan Januari 2022 mengalami penurunan hingga 45,74 persen dibanding Desember 2021. Begitu juga jika dibandingkan dengan Januari 2021, nilai ekspor Sulut turun 35,68 persen.

Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Sulut, Asim Saputra mengatakan, pada Januari 2022, nilai ekspor Sulut hanya USD 60,64 juta, turun dari USD 111,75 juta. Sedangkan pada Januari 2021, nilai ekspor Sulut USD94,28 juta.

Penurunan juga terjadi pada nilai impor sebesar 66,86 persen. Di bulan Januari, nilai impor Sulut US$ 8,00 juta. Sementara pada Desember 2021, nilai impor Sulut sebesar USD 24,16 juta. Sedangkan pada Januari 2021, nilai impor Sulut sebesar 5,91 juta.

“Komoditas ekspor nonmigas terbesar pada Januari 2022 masih didominasi lemak dan  minyak  hewan/nabati  (HS  15), senilai  35,69  juta  dolar AS atau 58,86 persen dari total ekspor. Sedangkan untuk komoditas impor terbesar adalah mesin dan peralatan mekanis serta bagiannya (HS 84), senilai 4,05 juta dolar AS atau 50,60 persen dari total impor,” kata Asim.

Komoditas ekspor terbesar kedua adalah Ikan, krustasea, dan moluska senilai USD 6,77 juta dengan share 11,17%. Selanjutnya adalah Olahan dari daging, ikan, krustasea, dan moluska senilai USD 4,56 juta dengan share 7,52%.

Asim mengatakan, negara tujuan ekspor nonmigas terbesar Sulawesi Utara pada Januari 2022 adalah Tiongkok sebesar US$ 23,25 juta (38,34% dari total ekspor). Selain itu, Tiongkok juga menjadi negara pemasok terbesar pada bulan Januari 2022 sebesar US$ 4,25 juta (53,13% dari total impor).

Pelabuhan Bitung menjadi pelabuhan muat utama ekspor Sulut. Total barang yang diangkut sebanyak 38.718,48 Ton dengan nilai USD 46,60 Juta atau mencapai 76,86 persen dari total ekspor. Selanjutnya adalah Tanjung Priok dengan total barang yang diangkut 1.578,76 Ton seniali USD 5,69 Juta (9,38%) dan Tanjung Perak Surabaya, dengan total barang 1.231,42 Ton seniai USD 5,50 Juta (9,07%).(jm)