Barometer.co.id – Amurang
Bencana longsoran dasar pantai Amurang pada 15 Juni lalu, ikut menyeret rumah-rumah milik warga di Kelurahan Uwuran I. Tak pelak warga terpaksa harus mengungsi di dua posko yang disediakan Pemkab Minsel.
Menangani pengungsi yang kehilangan rumah dan harta benda tentu bukan hal mudah. Seperti dipaparkan oleh anggota Tim Reaksi Cepat (TRC) milik Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD), Venti Mokalu. Dikatakannya selama 20 hari semenjak terjadi pengungsian, dia dan tim berjumlah delapan orang tidak pernah tidur di rumah.
“Selama 20 hari, saya baru tiga kali pulang rumah. Itupun bukan untuk istirahat, hanya mengambil perlengkapan. Karena tugas kami tidur di lokasi pengungsian. Boleh dikatakan torang ini nimbole sakit, karena 24 jam dalam sehari harus siap,” tukas Mokalu.
Tugas utamanya dikatakan Venti yakni menyiapkan makanan bagi seluruh pengungsi Posko Lewet dan petugas. “Dalam sehari kami memasak 40 sampai 45 Kilogram beras. Dan kami harus memastikan semua pengungsi dari dewasa hingga anak-anak terpenuhi kebutuhan makannya,” tukas tim TRC yang oleh pengungsi seringkali dipanggil bos.
Dia tidak menampik bila ada yang kurang puas dengan pelayanan yang diberikan. Menurutnya menangani pengungsi dengan berbagai karakter memang tidak mudah. “Kami tetap menghadapi dengan tabah dan mencoba memenuhi bila ada keluhan. Meski memang dengan keterbatasan. Tim kami hanya delapan orang dan tidak ada sistem aplus, karena memang hanya delapan orang,” tuturnya.
Meski tugas yang diemban dapat dikatakan berat, dikatakan oleh Venti dirinya tetap semangan karena merupakan bagian dari pelayanan. “Kalau disuruh memilih, tentu tidur dan bersama keluarga di rumah. Tapi ini merupakan bagian dari tanggung jawab. Untungnya saat ini kami sudah seperti keluarga, jadi bisa saling mengerti,” bebernya.(jim)