Barometer.co.id-Manado. Memasuki bulan Desember, tepatnya pada November 2022, Nilai Tukar Petani (NTP) Sulawesi Utara mengalami penurunan 0,73 persen. Hal ini mengindikasikan daya beli petani turun. Pada November 2022, NTP Sulut 105,10, sementara pada Oktober 2022 masih berada pada angka 105,88.
“Perubahan NTP karena kecepatan penurunan Indeks Harga yang diterima Petani (It) lebih cepat dibandingkan Indeks Harga yang dibayar Petani (Ib). It turun hingga mencapai 1,04 persen, sedangkan Ib turun hanya 0,31 persen,” kata Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Sulut, Asim Saputra.
Subsektor yang mengalami penurunan terbesar adalah Perkebunan Rakyat yang mencapai -1,75 persen, kemudian Perikanan -0,68 persen. Subsekto lainnya yang mengalami penurunan adalah Tanaman Pangan walaupun kecil, yakni sebesar -0,09 persen. Sementara Subsektor yang mengalami peningkatan adalah Hortikultura 1,15 persen dan Peternakan 0,90 persen.
“NTP baik secara YTD (tahun kalender) maupun YoY (tahun ke tahun) menunjukkan trend penurunan. Berdasarkan YTD turun mencapai 4,89 persen, dan YoY turun 5,15 persen. Pada November 2021, NTP Sulut berada pada angka 110,8,” kata Asim.
Nilai Tukar Usaha Rumah Tangga Pertanian (NTUP) juga mengalami penurunan sebesar 1,10 persen, dari nilai 104,38 di bulan Oktober menjadi 103,24 di bulan November.
Asim mengatakan, di wilayah perdesaan terjadi deflasi 0,44 persen. Deflasi terjadi pada tiga kelompok yakni kelompok Makanan, Minuman dan Tembakau; Perlengkapan, Peralatan dan Pemeliharaan Rutin Rumah Tangga; dan Perumahan, Air, Listrik, dan Bahan Bakar Lainnya.
Terdapat lima kelompok pengeluaran yang mengalami inflasi yakni kelompok Kesehatan; Perawatan Pribadi dan Jasa Lainnya; Penyediaan Makanan dan Minuman/Restoran; Transportasi; dan Pakaian dan Alas Kaki mengalami inflasi. Sementara pada kelompok pengeluaran Informasi, Komunikasi, dan Jasa Keuangan; Rekreasi, Olahraga, dan Budaya; dan Pendidikan cenderung stagnan.(jm)