Barometer.co.id-Banda Aceh. Kendati baru 10 tahun hadir di Provinsi Sulawesi Utara, Cabang Olahraga Hapkido mampu mengukir sejarah di PON XXI/2024 Aceh-Sumut lewat Raihan prestasi tiga medali emas dan dua medali perak. Hasil tersebut untuk sementara menjadi rekor perolehan medali setiap cabor sejak PON Kaltim 2008 lalu.

Sebelumnya, cabang olahraga yang paling banyak mempersembahkan medali bagi kontingen Sulawesi Utara terjadi pada PON Jakarta Tahun 1996 dimana Cabang Olahraga Berkuda sukses mendulang 4 medali emas, 3 perak dan dua perunggu. Hasil tersebut dipecahkan Cabang Olahraga Anggar di PON Palembang Tahun 2004 dengan perolehan 4 medali emas 4 perak dan 3 perunggu. Setelah itu, dalam tiga PON terakhir yakni PON Kaltim 2008, PON Riau 2012, PON Jabar 2016 dan PON Papua 2021, paling banyak cabang olahraga hanya mampu mempersembahkan dua medali emas.

Kini, pada PON XXI/2024 Aceh-Sumut, untuk sementara Cabor Hapkido menjadi tambang emas bagi kontingen Sulawesi Utara. Menariknya, ketika cabang olahraga Berkuda berjaya pada PON Jakarta 1996 dan Anggar pada PON Palembang 2004, justru cabor Hapkido belum ada di Provinsi Sulawesi Utara. Pasalnya, Hapkido baru mulai diperkenalkan di Sulawesi Utara pada tahun 2014 atau sepuluh tahun silam.

Menurut cerita Hanny Kandou, seorang pecinta olahraga, yang membawa sekaligus memperkenalkan cabang olahraga Hapkido ke Sulawesi Utara Tahun 2014. Ketika itu,berbagai macam seminar dan pelatihan singkat dilakukannya dengan mengundang Master Yoyok dan beberapa master dari Korea.

“Waktu itu, untuk ikut kejuaraan nasional saja kami harus patungan untuk tiket dan akomodasi. Dimulai dari 2017 kejurnas pertama dan kejurnas selanjutnya, dengan mandiri. Luar biasanya di tahun 2018 kami melahirkan seorang juara dunia. Mulai membentuk organisasi Hapkido dengan menunjuk langsung DR Audy Pangemanan sebagai ketua dan terbukti beliau sangat kompeten,” ujar Hanny Kandou di GOR KONI Banda Aceh.

“Langkah pertama setelah terbentuk pengurus adalah membentuk tim yang solid untuk berbagai kejuaraan dengan menunjuk sang juara dunia, Jacky Waturandang sebagai pelatih. Setiap kejuaraan nasional kita ikuti dengan segala keterbatasan dan kesederhanaan”.

“Maunya bisa ikut semua nomor dan kelas pertandungan dengan total minimal 28 atlet. Tapi apa daya, keuangan nggak mencukupi untuk untuk membiayai pelatihan, transportasi dan akomodasi. Akhirnya diputuskan ikut 4 kelas daeryun putera dan 4 kelas daeryun puteri dengan total hanya 8 atlet,” lanjut Hanny.

“Kejurnas Padang 2022 kami sempat minder melihat peserta dari provinsi lain yang membawa 20-40 atlet tapi kami hanya 8 atlet. Meski demikian kami berhasil meraih prestasi luar biasa karena 8 atlet yang kami boyong hampir memborong semua medali emas di kelas daeryun atau pertarungan,” sebut Hanny.

“Kejurnas Yogyakarta Tahun 2023 sekaligus Pra-PON kejadiannya mirip di kejurnas sebelumnya. Provinsi lain membawa atlet sebanyak mungkin di semua kelas, namun kami tetap dengan 8 atlet dengan hasil 7 orang lolos dan memborong medali emas dan perak, bahkan dinobatkan menjadi tim terbaik diajang itu. Sebagai catatan, provinsi yang lain ada yang membawa sampai 40 orang atlet namun medali yang didapat 3-5 medali saja”.

“Tahun 2023 kami pun berhasil memiliki juara Asia yang berlaga dan menang di Hongkong. PON 2024 Aceh Sumut ke 7 atlet tampil luar biasa, walaupun 1 atlet mengalami dislokasi tulang dan harus tidak bisa melanjutkan pertandingan, namun kami meraih 3 medali emas dan 2 perak, dan kami mencatat record sampai tulisan ini dibuat sebagai cabang olahraga peraih medali emas terbanyak bagi kontingan Sulawesi Utara”.

“Dan siapakah saya di Hapkido Sulut? Bukan siapa-siapa, bukanlah sekretaris, bukanlah bimpres atau apapun yang sering ditulis media. Tidak ada jabatan apapun, hanya seseorang yang diberikan mandat dan kepercayaan dari pemilik Hapkido untuk menunjuk orang-orang berkompeten untuk membina cabor ini. Seseorang yang mencintai Hapkido ini dengan tulus. Gamshamnida,” tutup Hanny Kandou.(denny)