Barometer.co.id-Manado. Diskon tarif listrik yang diberikan pemerintah pada bulan Januari 2025 berimbas pada terjadinya deflasi di Sulawesi Utara sebesar 1,10 persen (mtm). Andil komoditas tarif listrik pada inflasi bulan Januari pun menjadi yang tertinggi yakni mencapai -1,67 persen (mtm).
Selain secara bulanan, deflasi di Sulawesi Utara juga terjadi secara year on year atau tahunan yakni sebesar 0,25 persen. Di mana komoditas tarif listrik juga menjadi penyumbang deflasi terbesar yang mencapai 1,61 persen.
“Secara month to month, kelompok pengeluaran Perumahan, Air, Listrik dan Bahan Bakar Rumah Tangga mengalami deflasi yang dalam, yakni 10,62 persen. Kelompok ini satu-satunya yang mengalami deflasi. Sedangkan 10 kelompok lainnya mengalami inflasi,” kata Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Sulawesi Utara, Aidil Adha, Senin (03/02/25).
Komoditas yang menyumbang deflasi secara bulanan terbesar setelah tarif listrik adalah tomat -0,10 persen, bawang merah, daun bawang dan ikan cakalang masing-masing -0,06 persen. Sedangkan komoditas pendorong inflasi terbesar yaitu cabai rawit 0,29 persen, beras 0,09 persen, daging ayam ras 0,07 persen, daging babi 0,07 persen dan akademi/perguruan tinggi 0,05 persen.
Aidil mengatakan, inflasi year on year atau tahunan sebesar -0,25 persen dengan kelompok pengeluaran Perumahan, Air, Listrik dan Bahan Bakar Rumah Tangga mengalami deflasi terdalam yakni 10,20 persen.
Secara year on year, komoditas pendorong inflasi terbesar adalah daging babi 0,75 persen, cabai rawit 0,32 persen, emas perhiasan 0,24 persen, minyak goreng 0,17 persen dan daging ayam ras 0,14 persen. Sedangkan komoditas penahan inflasi yaitu tarif listrik -1,69 persen, tomat -0,83 persen, ikan cakalang -0,13 persen, bawang merah -0,10 persen dan daun bawang -0,08 persen.
Empat kota/kabupaten di Sulawesi Utara yang dilakukan perhitungan Indeks Harga Konsumen (IHK) semuanya mengalami deflasi secara month to month. Deflasi terdalam terjadi di Kota Manado sebesar 1,63 persen, kemudian Kotamobagu 0,93 persen, Minahasa Utara 0,33 persen dan Minahasa Selatan 0,16 persen.
“Deflasi month to month di empat kota/kabupaten tersebut disebabkan oleh komoditas tarif listrik yang mengalami deflasi,” ujar Aidil.
Sedangkan secara year on year, hanya Kota Manado yang mengalami deflasi yakni 0,87 persen. Sedangkan wilayah lainnya mengalami inflasi. Kota Kotamobagu mengalami inflasi 0,47 persen, Kabupaten Minahasa Selatan 0,32 persen dan Minahasa Utara 0,90 persen. “Komoditas penahan inflasi terbesar di kota Manado dan Kotamobagu adalah tarif listrik sedangkan di Minahasa Selatan dan Minahasa Utara tomat,” jelas Aidil.(jou)