Barometer.co.id-Manado. Pola konsusmsi masyarakat Sulawesi Utara berdasarkan hasil Survei Biaya Hidup (SBH) tahun 2022 telah berubah dibanding SBH 2018. Berdasarkan SBH 2022 tersebut, komoditas dengan bobot terbesar di Manado sekarang adalah tarif listri, beras, bensin, sewa rumah dan tarif pulsa ponsel.
Satu komoditas yang selama ini memiliki bobot yang tinggi di Manado, yaitu cabai rawit kini tidak lagi masuk dalam 10 besar. Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Sulawesi Utara, Asim Saputra mengatakan, hasil SBH 2022 ini nantinya akan digunakan untuk menghitung Indeks Harga Konsumen (IHK) atau inflasi mulai Januari 2024. “Sebelumnya, perhitungan inflasi menggunakan tahun dasar 2018. Namun dengan telah dilakukannya SBH 2022, maka tahun dasar perhitungan IHK adalah 2022,” kata Asim, Senin (15/01).
Asim mengatakan, latar belakang dilakukannya Survei Biaya Hidup 2022 pertama, Perubahan pola konsumsi. Perubahan pola konsumsi Masyarakat akibat perubahan tekonologi, perilaku, pendapatan. Selera, dan sebagainya.
Kedua Penyesuaian Tahun Dasar. Penyesuaian tahun dasar akibat shock dan krisis. Ketiga Perkembangan Jenis Barang dan Jasa. Jenis barang dan jasa yang terus berkembang mencerminkan dinamika pergeseran preferensi dan priotritas masyarakat. Dan keempat Perubahan dan Dinamika Pasar. Perubahan pasar, outlet, menciptakan variasi dalam harga dan ketersediaan produk.
“Penyesuaian tahun dasar perlu dilakukan, karena tahun dasar sebelumnya 2018 sudah kepanjangan untuk menghitung inflasi. Polanya tidak lagi mengikuti pola konsumsi yang terkini, sehingga perlu ada penyesuaian tahun dasar,” jelas Asim.
Lima komoditas lainnya dengan bobot terbesar yaitu kontrak rumah, nasi dengan lauk, sigaret kretek mesin (SKM), bahan bakar rumah tangga dan akademi perguruan tinggi.
Asim menjelaskan, masyarakat Kota Manado telah mengalami perubahan pola konsumsi. Proporsi nilai konsumsi makanan menurun, sedangkan proporsi non makanan meningkat. Pada SBH 2018, proporsi nilai konsumsi makanan sebesar 38,49 persen dan non makanan 61,51 persen. Sedangkan SBH 2022, proporsi nilai konsumsi makanan turun menjadi 34,81 dan non makanan 65,19 persen.
Trend serupa juga terjadi di Kota Kotamobagu. Pada SBH 2018, Proporsi nilai makanan sebesar 41,63 persen dan non makanan 58,37 persen. Sedangkan pada SBH 2022, proporsi nilai konsumsi makanan 39,86 persen dan non makanan naik menjadi 60,14 persen.
Untuk Provinsi Sulawesi Utara, komoditas dengan bobot terbesar yaitu 1. Beras 2. Tarif Listrik 3. Bensin 4. Tarif Pulsa Ponsel 5. Sewa Rumah 6. Kontrak Rumah 7. Nasi Dengan Lauk 8. Sigaret Kretek Mesin (Skm) 9. Bahan Bakar Rumah Tangga 10. Akademi/Perguruan Tinggi.
Sementara di Kota Mando, Komoditas dengan bobot terbesar yaitu 1. Tarif Listrik 2. Beras 3. Bensin 4. Sewa Rumah 5. Tarif Pulsa Ponsel 6. Kontrak Rumah 7. Nasi Dengan Lauk 8. Mobil 9. Akademi/Perguruan Tinggi 10. Angkutan Udara.
Sedangkan di Kota Kotamobagu, 10 komoditas dengan bobot terbesar yaitu 1. Beras 2. Bensin 3. Tarif Listrik 4. Kontrak Rumah 5. Sewa Rumah 6. Nasi Dengan Lauk 7. Sigaret Kretek Mesin (Skm) 8. Tarif Pulsa Ponsel 9. Akademi/Perguruan Tinggi 10. Mobil.
Sementara di Kota Kotamobagu, 10 komoditas dengan bobot terbesar yaitu 1. Beras 2. Bensin 3. Tarif Listrik 4. Kontrak Rumah 5. Sewa Rumah 6. Nasi Dengan Lauk 7. Sigaret Kretek Mesin (Skm) 8. Tarif Pulsa Ponsel 9. Akademi/Perguruan Tinggi 10. Mobil.
Sulawesi Utara ketambahan dua kabupaten yang masuk dalam cakupan SBH 2022, yaitu Minahasa Utara dan Minahasa Selatan.
Di Kabupaten Minahasa Selatan, 10 komoditas dengan bobot tertingi adalah 1. Beras 2. Bensin 3. Sigaret Kretek Mesin (Skm) 4. Nasi Dengan Lauk 5. Daging Babi 6. Tarif Pulsa Ponsel 7. Tarif Listrik 8. Ikan Cakalang/Ikan Sisik 9. Minyak Goreng 10. Bahan Bakar Rumah Tangga.
Dan di Kabupaten Minahasa Utara, 10 komoditas dengan bobot terbesar yaitu 1. Beras 2. Bensin 3. Tarif Listrik 4. Tarif Pulsa Ponsel 5. Nasi Dengan Lauk 6. Sigaret Kretek Mesin (Skm) 7. Minyak Goreng 8. Bahan Bakar Rumah Tangga 9. Sewa Rumah 10. Cabai Rawit.(jm)