Amurang– Setelah sempat merayap lantaran lesunya pasar dunia, harga kopra sudah mulai membaik. Bahkan telah menanjak dan melewati level ekonomis bagi petani. Kini harga kopra sudah mencapai Rp 8.300/Kg. Kemungkinan harga tersebut akan terus terkoreksi positif atau meningkat.Petani sekaligus pengusaha kopra Inyo Koloay di Minsel kepada wartawan media ini mengatakan sejak pertengahan tahun harga kopra terus terkoreksi. Dari awal tahun yang paling tinggi hanya mencapai Rp 5.500. Kenaikan harga secara signifikan berkat terbukanya pasar-pasar baru yang dilakukan oleh Pemprov Sulut. Tak pelak kenaikan memberikan kontribusi positif bagi perekonomian petani kelapa yang terancam oleh Pendemi Covid-19.”Adanya kenaikan harga kopra yang mulai bergerak positif di pertengahan tahun menjadi angin segar bagi petani. Karena memang sebelumnya selama beberapa tahun harga tidak ‘bersahabat’ diakibatkan tekanan dari pasar dunia. Nah dari informasi yang kami peroleh, kenaikan harga tidak lepas dari upaya Pemprov Sulut dengan membuka pasar baru bagi produk turunan kelapa,” ujar Koloay.Lanjut disebut Koloay, kedepan Pemprov Sulut perlu melakukan inovasi-inovasi baru bekerjasama dengan investor untuk memproduksi produk turunan kelapa lainnya. Petani diarahkan jangan hanya fokus pada produksi kopra, tapi harus dilakukan diversifikasi sehingga meningkatkan nilai jual.”Diversifikasi dan industrialisasi sangat penting sebagai penunjang harga produk turunan kelapa. Selama ini kita hanya fokus pada kopra dan tepung kelapa. Sedangkan kita mengetahui kelapa sebagai tanaman ‘sejuta’ manfaat. Tapi harus diperhatikan juga industrialisasi kelapa jangan sepenuhnya diserahkan pada industri besar. Pada tingkatan hilir lebih baik diserahkan pada industri rumah tangga kecil menengah. Sehingga kue produk turunan kelapa dapat dinikmati oleh masyarakat kecil dan menengah,” terangnya.Pada tempat terpisah pemerhati sekaligus praktisi kelapa, Jul Umpel memberi apresiasi terhadap usaha Pemprov Sulut. Namun dia memintakan agar program-program yang dibuat dapat lebih menemui sasaran. Sebab menurutnya sejumlah bantuan justru tidak menyasar pada praktisi. Sehingga bantuan-bantuan seperti bibit, pengolahan minyak kelapa dan lainnya tidak berjalan.”Kenaikan harga kopra sangat patut disukuri, apalagi disaat ekonomi kita hampir resesi disebabkan Pendemi Covid-19. Kita ketahui ini tidak lepas adanya upaya Pemprov Sulut. Namun untuk program diversifikasi produk banyak yang tidak menemui sasaran. Sehingga akhirnya tidak berjalan sebagaimana tujuan program. Contohnya saja alat pembuat minyak kelapa, dari laporan banyak yang macet. Jadi kedepan harus ditujukan bagi praktisi dan pemilik perkebunan. Selanjutnya diberikan bimbingan sampai pada pemasaran. Namun paling tidak sudah ada usaha yang signifikan dilakukan pemerintah,” pungkasnya.(nv)
Di Tengah Pendemi, Harga Kopra Sulut Justru Naik
15 September 2020 09:00