Amurang-Tertularnya tujuh staf di DPRD Minsel diduga sengaja diendapkan agar tidak diketahui oleh publik. Ini berbeda dengan kantor-kantor pemerintahan yang berada di Jakarta. Saat ada yang dinyatakan positif langsung melakukan penutupan kantor. Berbanding terbalik yang terjadi di DPRD Minsel, bahkan terkesan didiamkan.Ketertutupan yang dilakukan oleh pihak DPRD disayangkan oleh banyak pihak. Seharusnya dibuka dengan tetap merahasiakan nama-nama yang positif. Selain itu juga dilakukan penutupan kantor agar dapat memutus mata rantai penyebaran.”Apa yang terjadi di DPRD Minsel harus diwaspadai. Tidak boleh dipandang enteng apalagi bila memang ada kesengajaan. Sebab kantor DPRD adalah wilayah publik dan tempat masyarakat menyampaikan aspirasi. Jadi memang seharusnya dapat lebih terbuka agar menghindari penyebaran lebih lanjut,” tutur tokoh muda Amurang Sonny Sariowan.Pernyataan serupa disampaikan oleh Andre Sengkey. Menurutnya kantor DPRD Minsel ditutup lebih dulu dan seluruh staf serta anggota DPRD di Swab test kembali. Tes ini penting agar dapat diketahui dengan pasti, kantor rakyat sudah bebas dari Covid-19.”Dimasa pendemi harusnya ada perlindungan ekstra. Kita sarankan dilakukan kembali Swab test bagi seluruh yang beraktifitas disana. Ini guna memastikan sudah terputus atau belum itu Covid-19. Artinya jangan pandang enteng apalagi bila memang ada kesengajaan menutup-tutupi. Jangan sampai terjadi ledakan yang positif baru kemudian heboh dan akhirnya terlambat. Seperti yang terjadi di Ritey dengan adanya cluster kelompok belajar seperti disampaikan oleh media,” paparnya.(vn)