Barometer.co.id – Amurang. Hasil Otopsi dari Laboratorium Forensik (LabFor) Makassar atas kematian Kepala Badan (Kaban) Penanggulangan Bencana Daerah Minahasa Selatan (Minsel), Rudy Tumiwa yang di sampaikan langsung Kapolres Minsel dalam Konfrensi Pers, Senin (26/04) lalu di tolak oleh pihak keluarga.
Penolakan pihak keluarga dilatari karena banyak hasil otopsi yang tidak sesuai dengan kejadian. Apalagi terjadi pengabaian fakta-fakta di lokasi penemuan dan sebelum kejadian. Karenanya pihak keluarga akan menempuh jalur hukum.
Kakak korban, Jimmy Tumiwa yang ditemua awak media ini dikediamannya mengatakan saat konfrensi pers di Polres hadir bersama istri dan anak korban. Dia mengaku hasil otopsi sangat jauh dari harapan untuk membongkar penyebab kematian. Karenanya mereka langsung melakukan penolakan.
“Perlu saya katakan juga, selain kami pihak keluarga, warga setempat juga menolak hasil otopsi. Sebab mereka juga menyaksikan di lokasi, namun hasilnya otopsi terjadi perbedaan. Bahkan terkesan ada rekayasa,” terang Jimmy.
Lanjut dia menyebutkan hasil otopsi yang menyebutkan kematian disebabkan karena jeratan tali pada lehernya sehingga ada terhalangnya saluran nafa dirasa tidak betul. Dia menyebutkan ada hal ganjil seperti batang leher korban patah, hidung mengeluarkan darah segar. Nyatanya fakta tersebut tidak dituliskan pada hasil otopsi.
“Saya memprotes keras dan tegas saat itu ketika Kapolres membacakan hasil otopsi kalau korban menjulur lidah. Saya katakan dengan nada teriakan kepada Kapolres saat konfrensi pers itu lihat ini foto kapolres….apa ada lidah menjulur keluar, mata juga tidak molotot. Dari pernyataan ini saya menduga ada sesuatu yang tidak beres, mungkin saja ada permainan,” jelas Tumiwa.
Salah satu juga hasil otopsi yang ganjil bahwa korban tidak ditemukan adanya senyawa pestisida, sianida dan obat-obatan. “Kalau dikatakan tidak ditemukan obat-obatan padahal korban ada sakit jantung dan setiap hari semasa hidupnya selalu mengkonsumsi obat-obatan dokter. Kenapa tidak ditemukan obat-obatan,”imbuh Tumiwa.
Lanjut dikatakannya hasil otopsi sudah melenceng.”Sekali lagi kami menolak hasi otopsi ini, dan kami akan menempuh jalur hukum dalam waktu dekat. Pertama kami akan melapor ke Polda Sulut, meminta keadilan dan kebenaran bahkan pengadilan. Dan kami akan siapkan tiga pengacara didalamnya,” ungkapnya.
Jimmy juga mengatakan telah menyampaikan kepada koleganya di Mabes Polri agar mengawasi dan memperhatikan persoalan ini. “Perlu diingat dan disayangkan walapun kami menolak secara tegas hasil otopsi ini, pihak polres tidak memberikan foto copy ataupun salinan hasil otopsi yang di bacakan saat konfrensi pers,”Tegas Tumiwa.
Lanjut dia juga menceritakan ada fakta-fakta lain sepertinya tidak dipedulikan. Padahal laporannya sudah dimasukkan pada pihak penyidik. “Pertama kecurigaan ada dua orang yang datang di rumah korban saat itu dan terekam CCTV, disayangkan oleh penyidik orang yang dicurigai tidak terlalu jelas wajahnya,”beber Tumiwa.
Fakta lain yang terabaikan soal ada bercak darah di bangku belakang mobil milik korban. Jawaban petugas bahwa cairan tersebut cairan minuman fanta. Padahal baru-baru ini terbukti itu darah kering dan warnanya hampir mirip darah yang ada dilantai dimana yang keluar dari hidung korban.
“Selain itu pernah dilaporkan satu minggu sebelum kematian korban sempat ada terparkir dua buah mobil di dekat rumah korban yang berada di Manado. Ini semua sudah disampaikan tapi sayang jawabannya jauh dari memuaskan,” keluhnya.
Teror juga sudah dialamatkan ke korban satu minggu sebelum kematiannya. ” Teror terhadap korban hari minggu atau satu minggu sebelum kematian korban, dan teror itu diketahui oleh istri korban. Karena korban setelah diteror langsung telpon istrinya saat bertugas di Gereja sebagai Gembala di Desa Tolok, agar istrinya segera cepat pulang ke manado,” tutup Tumiwa.(jim)