Barometer.co.id – Amurang 
Penyebab tenggelamnya jembatan Ranowangko dan sebagian jalan Boulevard Amurang memancing tanda tanya. Sebabnya saat kejadian tidak ada tanda-tanda alam berupa gempa bumi, cuaca juga dalam keadaan normal namun tiba-tiba jembatan runtuh.

Untuk sementara oleh Pemkab Minsel, bencana disebabkan abrasi pantai. Namun Prof Dr Zetly Tamod yang mendatangi lokasi bencana mempunyai opini lain. Dia memberi analisa kemungkinan disebabkan terjadi longsoran di dasar pantai.

“Memang diperlukan pemeriksaan atau penelitian lebih lanjut yang menjadi faktor penyebab runtuhnya jembatan. Namun kalau melihat di lokasi dengan tidak terlihatnya puing-puing jembatan, ada kemungkinan telah terjadi longsoran,” terang Tamod yang merupakan dosen Universitas Sam Ratulangi, Kamis (16/06).

Dugaan terjadi longsoran yang membawa jembatan Ranowangko juga terlihat lenyapnya tandusang atau delta di mulut sungai. Sedangkan kemungkinan abrasi tidak cocok dengan tanda-tanda di lokasi. Kemungkinan likuifaksi juga tidak terlihat.

“Lukuifaksi biasanya tidak terlalu dalam, sekitar 10 meter. Tapi bila dilihat secara kasat mata, di lokasi tenggelamnya jembatan, sangat dalam. Makanya saya memberikan analisa kemungkinan disebabkan longsoran. Bila benar perlu juga dipelajari apakah ada hubungan dengan patahan Ranoyapo yang memang berdekatan,” urai ahli tanah dan lingkungan ini.

Dia juga menghubungkan dengan peristiwa dan laporan dari tahun-tahun sebelumnya, serta laporan warga. Kasus longsoran pernah terjadi pada tahun 1968. Kemudian kembali terulang di 1982. Bahkan dari laporan, pada 1800-an pernah terjadi tsunami yang kuat kemungkinan disebabkan oleh rekahan atau rupture dan longsoran.

Seperti dituturkan Ronald Soeparman, pada tahun 2003 pernah beberapa pohon kelapa di muara sungai Ranoyapo seperti hilang ditelan bumi. Laporan serupa juga telah disampaikan oleh warga pada rentang waktu 1960-an sampai 2020. Begitu pula hilangnya tiang pancang saat pembangunan jembatan.

“Kalau dihubungkan dengan sejarah dan laporan masyarakat memang penyebab bencana lebih mengarah pada longsoran dan atau rupture bila dibandingkan dengan abrasi. Tapi sekali lagi, memang perlu ada penelitian. Ini agar penanganannya nanti tepat,” pungkas mantan aktifis mahasiswa dan alumni GMNI Manado.(jim)