Barometer.co.id-Manado. Harga Bawang Merah, Rica dan Tomat (Barito) di Manado saat ini mengalami kenaikan yang cukup tinggi. Harga bawang merah beberapa hari terakhir dijual Rp80.000 sampai Rp100 ribu. Sementara Rica (cabai) sudah berada di atas Rp100 ribu/kg.

Kantor Perwakilan Bank Indonesia Sulut pun sudah mengindentifikasi penyebab utama tingginya harga pangan yang menjadi kebutuhan pokok masyarakat Sulawesi Utara ini.

Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Sulut, Arbonas Hutabarat mengatakan, pergerakan harga Barito terjadi secara natural, baik karena faktor musiman, meningkatnya permintaan jelang Hari Besar Keagamaan Nasional serta permasalahan tidak terduga seperti bencana.

“Harga komoditas tersebut masuk dalam kategori volatile food atau pangan bergejolak. Setidaknya ada empat hal yang menyebabkan gejolak harga tersebut, yaitu pertama kenaikan harga pupuk, fenomena cuaca La Lina dan peningkatan permintaan jelang Idul Adha,” kata Arbonas.

Secara umum, Arbonas menjelaskan, kenaikan harga pupuk tersebut disebabkan oleh meningkatnya harga bahan baku global (Nitrogen, Fosfat, dan Kalium) dengan volume kebutuhan terbesar yaitu Kalium (KCl/potas). 40% dari kebutuhan potas diimpor dari Rusia dan Belarus yang tentunya terdampak konflik geopolitik Rusia-Ukraina.

“Terhitung Juli 2022, pupuk subsidi dibatasi pada jenis urea dan NPK, dengan jenis komoditas yang bisa mendapatkan pupuk bersubsidi tersebut mengacu pada Perpres 59/2020 yaitu padi, jagung, kedelai, cabai, bawang merah, bawang putih, tebu rakyat, kopi rakyat dan kakao rakyat,” ujarnya.

Sementara terkait fenomena cuaca La Nina, Arbonas mengatakan, Fenomena La Nina saat ini masih terpantau menguat di semester kedua tahun 2022. La Nina adalah fenomena alam yang menyebabkan udara terasa lebih dingin atau mengalami curah hujan yang lebih tinggi, sehingga menjadi salah satu faktor yang menyebabkan musim hujan di Indonesia selain angin muson. “Tingginya curah hujan juga menjadi faktor yang menyebabkan gagal panen di sejumlah sentra produksi hortikultura,” kata Arbonas yang baru saja dipromosikan menjadi Direktur Eksekutif di kantor pusat Bank Indonesia.

Dan penyebab ketiga menurut Arbonas yaitu terjadinya kenaikan harga bawang merah, cabai rawit, dan tomat juga diperkirakan disebabkan oleh meningkatnya permintaan masyarakat menjelang Idul Adha pada bulan Juli 2022.

“Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) baik di tingkat Provinsi dan Kabupaten/Kota akan senantiasa melakukan pemantauan rutin terhadap harga dan pasokan, dengan tetap mempertimbangkan fenomena yang terjadi secara nasional,” ujarnya.

Selain hal-hal di atas, Arbonas mengatakan permasalahan spasial di Sulawesi, Maluku dan Papua juga ikut menyebabkan terjadinya kenaikan harga Barito. Harga bawang merah di Sulampua pada Juni 2022 tercatat paling tinggi secara nasional, dilanjutkan dengan Kalimantan, Sumatera, dan Jawa. Di Sulampua sendiri, beberapa provinsi seperti Gorontalo, Sulut, Maluku, Sulteng, dan Sulsel mengalami peningkatan harga, sementara 5 provinsi lainnya cenderung stabil.

“Harga cabai rawit di Sulampua juga menunjukkan tren peningkatan sejalan dengan harga nasional. Seluruh provinsi termasuk Gorontalo yang merupakan pemasok cabai rawit Sulawesi Utara mencatatkan kenaikan harga pada Juni 2022,” kata Arbonas.(jm)