Barometer.co.id-Manado. Untuk memastikan ketersediaan bahan pokok dan kestabilan harga, Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) Sulawesi Utara kembali turun ke pasar Jumat (08/07). Kali ini TPID Sulut turun ke pasar Pinasungkulan setelah pada Rabu lalu di pasar Bersehati untuk mengecek harga bahan pokok seperti Barito, minyak goreng dan daging.
TPID yang melakukan pemantauan dipimpin oleh Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Sulawesi Utara, Arbonas Hutabarat yang didampingi oleh Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan Sulut, Edwin Kindangen, Kepala Biro Ekonomi Setdaprov Sulut, Lukman Lapadengan dan Kepala Divisi Perumusan dan Implementasi KEKDA Bank Indonesia Sulawesi Utara, Fernando Butarbutar.
Dari hasil pantauan ditemukan, harga sejumlah bahan pokok, terutama Barito (Bawang, Rica, Tomat) kembali turun seiring pasokan yang mulai banyak. Harga Cabai Rawit berada di kisaran Rp60 ribu sampai Rp70 ribu, tergantung kualitas.
Harga bawang merah berada di kisaran Rp60 ribu sampai Rp70 ribu. Sedangkan tomat dijual pedagang Rp10 ribu sampai Rp15 ribu. Sementara harga daging sapi Rp125 ribu/kg dan daging ayam Rp37 ribu/kg sampai Rp37 ribu/kg.
Pada pemantauan ini juga ditemukan hal menarik, yakni harga minyak goreng curah yang kini dijual pedagang di bawah Harge Eceran Tertinggi (HET), yakni Rp13.000/liter atau Rp14.000/kg. Padahal HET minyak goreng curah Rp14.000/liter atau Rp15.500/kg.
Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Sulawesi Utara, Arbonas Hutabarat mengatakan, pihaknya kembali melakukan pemantauan untuk mengecek konsistensi dari harga bahan pokok terutama Barito. Apakah harganya tetap seperti pada pemantauan hari Rabu.
“Dan ternyata ada kabar baik, harga cenderung turun. Begitu juga dengan minyak goreng curah yang sudah turun. Hal ini berkat kerjasama antara pelaku usaha dengan Pemerintah Provinsi yang berjalan baik,” kata Arbonas.
Ia mengatakan, pemantauan ini juga dilakukan sebagai bentuk nyata Pemerintah Provinsi Sulut hadir untuk kestabilan harga. “Berdasarkan dialog dengan pedagang, harga Barito sudah mulai turun dibandingkan dengan empat sampai lima bulan lalu. Hal ini disebabkan stok yang mulai banyak,” ujar Arbonas yang sudah dipromosikan menjadi Direktur Eksekutif Bank Indonesia.
Edwin Kindangen mengatakan, ketersediaan bahan pokok menjelang Idul Adha saat ini aman. “Bagi pemerintah daerah, ketersediaan bahan pokok di pasar menjadi prioritas, terutama menjelang hari raya. Saat ini ketersediaan bahan pokok ada dengan harga yang bisa dijangkau oleh masyarakat. Dan ketersediaan ini bukan hanya di pasar rakyat, melainkan juga di ritel modern,” ujarnya.
Sementara itu, Lukman Lapadengan lebih menyorot kurangnya kuota solar untuk Provinsi Sulut. “Saat ini kuota solar di Sulut selama satu tahun 146 ribu KL, sementara kebutuhan lebih dari itu. Untuk itu kami sudah meminta kepada BPH Migas agar kuota Sulut ditambah menjadi 154 ribu KL. Surat permohonan tersebut sudah disampaikan oleh pak gubernur,” jelasnya.
TPID Sulut memang melakukan peninjauan SPBU untuk melihat langsung ketersediaan BBM. Sebab ketersediaan BBM ini berpengaruh pada harga bahan pokok. Menurut Arbonas, jika BBM kurang, maka akan ada biaya tambahan yang dikeluarkan para sopir. Dan biaya tersebut dibebankan kepada sentra produksi dan konsumen akhir.(jm)