Barometer co.id – Amurang
Sudah sejak bukan Mei harga kopra yang merupakan komoditi utama Kabupaten Minahasa Selatan (Minsel) mengalami penurunan. Pada Selasa (05/06) bahkan pada titik terendah di Rp 10.500/Kg.
Laju penurunan bahkan bukan tidak mungkin terus berlanjut hingga lewat di angka ekonomi yaitu Rp 10 ribu/Kg. Oleh pengamat dan praktisi kopra Valen Ulaan menyebutkan penurunan harga dikarenakan pasar dunia untuk minyak kelapa juga turun.
“Saat ini harga pasar dunia memang sedang turun. Kemungkinan karena permintaan pasar dunia yang turun. Apalagi dengan kembali terbukanya produk minyak matahari dari Ukraina. Hal yang sama juga terjadi untuk minyak sawit. Kondisi global memang berpengaruh dominan akan harga kopra,” jelas Ulaan.
Dia menyebutkan petani dan pemerintah perlu mengambil langkah antisipasi atas penurunan harga. Sebab otomatis memiliki pengaruh besar bagi perekonomian Minsel. Apalagi di tengah upaya pemulihan perekonomian akibat hantamanan Pendemi Covid.
“Perlu ada rencana alternatif agar tidak terjadi gejolak bila kopra benar-benar tersungkur. Pemerintah dalam hal ini daerah perlu mengambil langkah intervensi untuk penyelamatan. Mengingat kita belum benar-benar pulih dari badai Covid secara ekonomi dan sosial,” jelasnya.
Lanjut dia menyebutkan salah satu langkah yang dapat diambil dengan mengubah cara mengolah kelapa menjadi kopra. Menurutnya meski ada penurunan, harga kopra putih masih jauh lebih tinggi. Sedangkan biaya pembuatan sudah semakin rendah dengan tekhnologi hemat anggaran.
“Saat ini harga kopra putih di pasaran masih Rp 25 ribu/Kg, jauh dibanding kopra fufu. Sedangkan biasa untuk pembuatan kopra putih juga semakin rendah. Mungkin ini dapat dijadikan alternatif selain difersifikasi produk lain,” tandasnya.(jim)