Barometer.co.id – Amurang
Sudah menjadi tradisi warga Minahasa Selatan (Minsel) selalu menyiapkan penganan berupa dodol tiap kali merayakan hari Pengucapan sukur. Ini juga terlihat menjelang perayaan pada Minggu 10 Juli nanti.
Seperti tampak di Kelurahan Rumoong Bawah Kecamatan Amurang Timur. Sejumlah rumah tampak sedang melakukan persiapan merayakan dengan memasak dodol. Salah satunya di rumah milik ibu Fenny Nelwan.
“So tradisi di keluarga dan ini memang umumnya warga Minsel, tiap merayakan Pengucapan sukur selalu masak atau istilahnya goyang dodol. Nyanda afdol kalau pengucapan nyanda ada dodol,” tutur Femmy.
Kali ini dikatakannya untuk dodol dia menggunakan 3,5 liter beras pulo atau ketan. Sedangkan kelapa sebanyak 25 butir. Memang sudah menjadi ciri khas, sebagai daerah penghasil kelapa, dodol di Minsel selalu menggunakan kelapa dalam jumlah banyak.
“Beking dodol itu susah-sudah gampang. Kalau salah cara masak dan goyangnya, dodol bisa saja tidak masak dan hangus. Untuk memasak dodol dibutuhkan waktu kurang lebih empat jam. Tentu harus kuat menahan rasa pedis di mata lantaran asap,” terang Femmy sambil menggoyang dodol.
Dodol seusai masak tidak dapat langsung dibungkus. Harus menunggu selama satu hari sampai benar-benar dingin. “Kami bungkus dalam ukuran sedang yang pas untuk sekali makan. Dengan jumlah bahan 3,5 Kg pulo, bisa mendapatkan 150 bungkus,” ungkapnya.
Biasanya selain dodol, Pengucapan sukur juga ‘wajib’ menyediakan nasi jaha. Pastinya serasa tidak lengkap bila nasi jaha tidak ada di hidangan. Apalagi biasanya bersama dodol, nasi jaha dijadikan oleh-oleh.
“Bakar nasi jaha biasanya hari Sabtu malam. Boleh dilihat nanti, biasanya hampir tiap rumah yang merayakan Pengucapan akan bakar nasi jaha. Kali ini kami tidak beking banyak, cukup untuk keluarga dan tamu-tamu yang datang pasiar,” tutur Femi yang juga seorang guru TK.
Tahun ini Pemerintah Provinsi (Pemprov) sebenarnya sudah menetapkan 25 September sebagai hari Pengucapan sukur bersama. Namun masih banyak warga Minsel yang akan tetap merayakan pada minggu kedua bulan Juli atau tahun ini pada tanggal 10.
“Sudah tradisi kwa pa torang di keluarga tiap hari Minggu kedua bulan Juli merayakan Pengucapan sukur. Bukannya tidak setuju dilaksanakan September, tapi sudah jadi kebiasaan. Jadi kita juga hormati apa yang menjadi kebiasaan leluhur. Mereka umumnya petani, sehingga merayakan Pengucapan di bulan Juli yang biasanya sudah merupakan masa panen,” sebut Yani warga Amurang.(jim)