Barometer.co.id-Banda Aceh. Kisruh internal berdampak pada prestasi cabang olahraga anggar Sulawesi Utara pada perhelatan PON. Hijrahnya sejumlah atlet papan atas Sulut ke Jawa Tengah dan Kalimantan Timur menjelang PON XIX Jawa Barat 2016 mengawali kejayaan anggar Sulut di iven besar seperti PON.
Keperkasaan Cabor Anggar di PON XVI Palembang 2004 lewat perolehan 4 medali emas, 4 perak dan 3 perunggu dilanjutkan dengan hasil capaian 1 medali emas 3 perak dan 2 perunggu di PON XVII Kalimantan Timur 2008 serta perolehan 2 medali perak di PON XVIII Riau 2012, putus di PON XIX Jawa Barat 2016.
Pasalnya, sejak itu tak satupun medali yang mampu dipersembahkan oleh cabang olahraga Anggar saat berkiprah di PON Jabar, PON Papua bahkan kini di PON XXI/2024 Aceh-Sumatera Utara. Lima atlet yang menjadi duta Sulut di Aceh seluruhnya kandas tanpa medali. Terakhir, asa nomor sable putra yang diperkuat Richard Tarega, Rensi Tarega dan Kevin Limbe dihentikan Jawa Tengah.
Bahkan sebelumnya di nomor sable putra Richard Tarega, yang sempat berkibar di level nasional bahkan international harus terhenti dari atlet asal Jawa Barat di babak 16 besar. Juga, atlet debutan, Christy Maengkom, juga belum mampu mengatasi lawannya dalam perebutan tiket ke semifinal. Meski sudah unggul poin, tapi karena minim pengalaman, Christi harus gagal di babak delapan besar.
Hasil capaian di PON XXI/2024 Aceh-Sumut, memperpanjang puasa medali bagi cabang olahraga anggar di arena pesta olahraga paling bergengsi di Bumi Nusantara. Sebab, ketika berkiprah di PON Jabar 2016, seluruh atlet pulang dengan tangan hampa. Hasil serupa juga saat mendapat kesempatan tampil di PON XX Papua Tahun 2021 dimana para atlet Sulut sudah gugur di babak penyisihan.
Jika suasana internal cabor anggar di Sulut belum mampu diatasi dalam satu tahun terakhir ini, dikhawatirkan pada pelaksanaan PON XXII di Nusa Tenggar Barat dan Nusa Tenggara Timur Tahun 2028, lagi-lagi tidak akan ada medali yang bisa dibawa pulang.(dni)