Barometer.co.id-Manado. Nilai Tukar Petani (NTP) Sulawesi Utara (Sulut) pada bulan Agustus 2024 turun 2,25 persen dibanding bulan sebelumnya, menjadi 112,24. Pada bulan Juli 2024, NTP Sulut mencapai 114,82. Turunnya NTP Sulut pada bulan Agustus menurut Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Sulawesi Utara, Aidil Adha karena dipengaruhi harga beberapa komoditas seperti cengkih, tomat, beras dan cabai.
Aidil mengatakan, NTP ditentukan dari Indeks yang diterima petani dan indeks yang dibayar petani. “Pada Bulan Agustus, Nilai Indeks Harga yang diterima Petani (It) mengalami penurunan sementara nilai Indeks Harga yang dibayar Petani (Ib) mengalami kenaikan. Indeks Harga yang diterima Petani (It) turun 1,42 persen sementara Indeks Harga yang dibayar Petani (Ib) naik 0,85 persen,” ujar Aidil.
“Komoditas yang menjadi penyumbang utama turunnya Indeks yang diterima petani sebesar 1,42 persen adalah tomat dan cengkih. Sedangkan komoditas utama yang menjadi penyumbang utama naiknya Indeks yang dibayar petani adalah cabai rawit dan beras. Seperti terlihat pada inflasi bulan Agustus, harga cabai rawit dan beras naik, sedangkan harga tomat dan cengkih turun,” jelas Aidil.
Secara rinci, turunnya NTP Sulut pada Agustus 2024 terlihat dari lima subsektor yang dipantau, di mana empat mengalami penurunan dan hanya satu yang mengalami kenaikan NTP. Subsektor yang mengalami penurunan yaitu Tanaman Pangan -1,10 persen, Hortikultura -6,20 persen, Tanaman Perkebunan Rakyat -1,87 persen dan Perikanan -1,56 persen. Sementara Subsektor yang mengalami kenaikan yaitu Peternakan, 0,91 persen.
Aidil menjelaskan, penurunan juga terjadi pada Nilai Tukar Usaha Petani (NTUP) sebesar 1,44 persen. Pada Agustus, NTUP Sulut 115,15, sedangkan pada bulan Juli masih berada di angka 116,83.
NTUP menurut Aidil hanya menghitung nilai indeks yang dibayar petani yang terdiri dari Biaya Produksi dan Penambahan Barang Modal (BPPBM) atau biaya yang dikeluarkan petani untuk usaha. Sementara NTP menghitung semua indeks yang dibayar petani, termasuk biaya rumah tangga.
“Sama seperti NTP, Tomat dan cengkih juga menjadi komoditas utama turunnya Indeks yang diterima petani. Sedangkan komoditas utama penyebab naiknya Biaya Produksi dan Penambahan Barang Modal (BPPBM) adalah pakan jadi serta bibit cabai,” kata Aidil.
NTP Sulawesi Utara yang turun 2,25 persen merupakan yang tertinggi di Pulau Sulawesi.(jou)