Barometer.co.id – Amurang.
Kabupaten Minahasa Selatan (Minsel) memiliki potensi yang besar. Mulai dari pertanian, perkebuan, perikanan maupun produk makan olahan. Namun sayang masih yang belum mendapat support memadai baik dari pemerintah maupun perbankan. Terutama yang diolah oleh Industri Rumah Tangga (IRT).
Ambil contoh produk olahan hasil laut di Desa Bajo Kecamatan Tatapaan. Di desa pesisir pantai ini menjadi produsen ikan tandipan fufu ikan asin dan ikan kering lainnya. Produk hasil laut tersebut dikelola oleh industri rumah tangga dengan cara-cara tradisional.
Olahan tangkapan hasil laut khas Minsel memiliki potensi yang besar. Apalagi ikan fufu tandipan yang hanya ada di Minsel banyak digemari bahkan sampai keluar daerah. Info yang diterima, produk tandipan dan lainnya banyak dikirim ke Jakarta, Balikpapan dan daerah lain.
Hanya saja pengelolaan hasil lau tersebut masih diproduksi sangat tradisional. Mengandalkan panas matahari. Sehingga disaat musim penghujan seperti sekaran, warga kesulitan untuk memproduksi. Belum lagi belum adanya kemasan yang memadai. Akibatnya sulit masuk ke pasar modern atau supermarket, apalagi sampai ekspor.
Anggota DPRD Minsel Verke Pomantow mengatakan produksi olahan hasil laut dapat meningkatkan pendapatan nelayan. Karenanya sangat potensial untuk dikembangkan. Dia mengharapkan adanya sentuhan pemerintah termasuk perbankan.
“Potensinya besar sebagai produk lokal dan mengangkat perekonomian Minsel terlebih khusus nelayan. Makanya perlu peran pemerintah untuk pengembangan. Baik dari produksi, kemasan sampai pemasaran. Begitu pula perbankan untuk permodalan,” papar Pomantow yang berasal dari Fraksi PDIP.
Dia juga menyebutkan pengembangkan produksi olahan hasil laut seperti di Desa Bajo sesuai dengan program UMKM. Pada sisi lain dia juga berharap tetap mempertahankan sebagai industri rumah tangga hanya saja perlu dimodernisasi. Begitu pula pembenahan manajemen sehingga mampu bersaing di pasar lokal, nasional bahkan internasional.
“Intansi terkait sudah seharusnya turun langsung mendampingi industri-industri rumah tangga seperti ini. Bantu pembenahan dari proses produksi sampai kemasan dan pemasaran. Kalau perlu dapat dibantu sampai mendapatkan sertifikat BPOM karena merupakan produk makanan. Kendala-kendala seperti ini yang harus jadi perhatian,” ungkapnya.
Kepada perbankan dia juga minta dapat lebih aktif. Salah satu kendala industri rumah tangga untuk berkembang adalah permodalan. Disinilah harusnya perbankan dapat masuk membantu. “Perbankan jangan hanya memperhatikan pengusaha menengah ke atas saja. Perlu diaukui industri rumah tangga memberi kontribusi tidak kecil bagi perekonomian Indonesia dan penciptaan lapangan kerja,” pungkasnya.(jim)