Barometer.co.id-Manado. Pasar Lelang Komoditi Agro (PLKA) Sulawesi Utara kembali digelar pada tahun 2021 ini. PLKA edisi pertama tahun 2021 yang digelar di Hotel Quality Manado, Rabu (10/03), berhasil membukukan transasksi sebesar Rp1,214 miliar. Jagung menjadi komoditi dengan nilai transaksi terbesar.
Setidaknya 34 produk mengikuti PLKA yang digelar Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperidag) Sulut ini. Produk tersebut mulai dari kue, snack hingga produk pertanian seperti jagung dan kelapa. Jagung menjadi produk dengan nilai transaksi terbesar yakni mencapai Rp1 miliar dengan volumen 250 kg. Selanjutnya adalah produk Arang tempurung senilai Rp150 juta dengan volume 30.000 kg.
Total produk yang ditransaksikan ada tujuh, yakni jagung, arang tempurung, kacang sangrai, abon cakalang, buah salah, jahe merah dan bete tore.
Kepala Bidang Perdagangan Dalam Negeri, Disperindag Sulut, Ronny Erungan mengatakan, PLKA ini merupakan yang pertama kali dilakukan tahun 2021 ini. Pada 2020 lalu, PLKA tidak digelar satu kalipun karena pandemi Covid-19. “Tahun 2021 ini, kami akan menggelar PLKA sebanyak delapan kali. Pelaksanaan PLKA pun tidak hanya di Manado melainkan juga di kabupaten/kota di Sulut yang punya potensi,” katanya.
Ia mengatakan, PLKA ini memperpendek mata rantai distribusi produk. Sebab pada PLKA ini dipertemukan penjual yakni pelaku Industri Kecil Menengah (IKM) maupun petani di bidang pertanian dan perkebunan dengan pembeli. Dengan mempertemukan dua pihak tersebut, mereka bisa langsung melakukan transaksi dengan harga yang bagus.
Pada kesempatan ini, Erungan juga menginformasikan kepada peserta PLKA terkait peluang ekspor ke Jepang dan Singapura. Di mana dua negara tersebut telah memiliki penerbangan langsung dari Manado atau direct call. Namun ia mengingatkan untuk meningkatkan kualitas produk yang akan diekspor, Jepang mensyaratkan kualitas yang tinggi.
Pada akhir kegiatan, dilakukan penandatanganan perjanjian jual beli untuk produk yang ditransaksikan antara penjual, pembeli dan juga Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan Sulut, Edwin Kindangen.(jm)