Barometer.co.id – Amurang. Nama Rafael Malalangi (18) tahun mencuat dan menjadi viral. Ini dikarenakan rasa keadilan masyarakat terusik atas kejadian yang menimpa Calon siswa (Casis) Bintara Polri ini. 

Mengapa tidak, setelah dinyatakan lulus pada melalui sidang yang ditayangkan secara online pada 22 Juli lalu, kemudian lewat pengumuman lanjutan Rafael yang berasal dari keluarga sederhana di Desa Pinapolangkow Kecamatan Sultra Minahasa Selatan (Minsel) kemudian dinyatakan tidak lulus.

Saat ditemui di rumahnya, Rafael menyatakan kekecewaannya yang mendalam. Ini juga keikutsertaannya kali kedua setelah tahun lalu dinyatakan gagal. Lebih membuatnya kecewa karena haknya sebagai calon bintara polisi dirampas, padahal sebelumnya dinyatakan lulus lewat sidang resmi.

“Waktu 22 Juli lalu kami mengikuti sidang penetapan kelulusan Bintara dan Tamtama Polri tahun anggaran 2021-2022secara online. Nah hasilnya saya dinyatakan lulus terpilih dan menempati nomor 22. Kami sekeluarga sempat mengadakan ibadah syukut. Makanya jadi shok ketika tadi dinyatakan tidak lulus,” tukasnya.

Lanjut dia mengatakan saat ini merasa sangat tertekan. Apalagi seluruh warga dikampungnya yang mengikuti sidang sudah mengetahui dirinya lulus. Dia mengaku sempat menangis, lantaran namanya sudah digantikan oleh Casis lain yang sebelumnya dinyatakan tidak lulus.

“Pastinya saya sangat kecewa dan berharap hak kelulusan dikembalikan. Saya memintakan keadilan pada Presiden, Kapolri dan Kapolda serta pihak terkait lainnya. Tolong kembalikan hak saya untuk menjadi calon anggota Polri,” tukas Rafael yang memiliki satu orang adik.

Ayah dari Rafael, Kenly Malalangi yang mendampingi wawancara juga tidak dapat menutup rasa kecewanya. Dikatakannya jangan karena mereka bukan dari keluarga berada kemudian nasibnya dapat dipermainkan begitu saja.

“Tanggal 23 lalu saya sempat dipanggil menghadap oleh Polda Sulut. Oleh petugas yang menemuinya dikatakan telah terjadi human eror pada proses pengumuman tangga 22 Juli. Jelas saya tidak terima, karena saat itu jelas-jelas anak saya dikatakan lulus,” paparnya.

Tidak hanya sampai disitu, petugas yang menemuinya malah menyodorkan surat untuk ditandatangani. “Saat itu pikiran saya langsung kacau, sehingga apa yang petugas katakan sudah tidak masuk lagi. Begitupun saat diminta tandatangan surat, saya langsung menolak,” beber Kenly.

Dia juga berharap keadilan bagi anaknya dapat diberikan. Bagaimanapun meski dari keluarga sederhana, tetap memiliki hak dan itu tidak boleh dirampas.

“Harapan saya tentu anak kami Rhapael dapat ikut pendidikan Kepolisian. Kenapa demikian, karena memang hasilnya dia lulus. Makanya saya bermohon jangan rampas hak Rhapael. Tentu kami siap berjuang agar hak dikembalikan dan Rhapael dapat mengikuti pendidikan,” jelasnya.(jim)